BMKG Kasih Peringatan, Waspada Cuaca Ekstrem Akhir Tahun

CNN Indonesia
Rabu, 03 Des 2025 06:30 WIB
Akhir tahun di Indonesia ditandai dengan dinamika cuaca aktif, termasuk angin monsun Asia dan siklon tropis, yang memicu gelombang tinggi di perairan.
Ilustrasi. Akhir tahun di Indonesia ditandai dengan dinamika cuaca aktif, termasuk angin monsun Asia dan siklon tropis, yang memicu gelombang tinggi di perairan. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Akhir tahun tak sekadar menjadi puncak musim hujan untuk wilayah Indonesia, tetapi juga periode terjadinya berbagai dinamika atmosfer pemicu cuaca ekstrem seperti angin monsun Asia hingga siklon tropis.

"Periode Desember hingga Februari (DJF) bukan cuma soal musim hujan, tapi juga sibuknya aktivitas cuaca di laut kita. Ibarat jalan raya saat mudik, atmosfer di atas Indonesia juga sedang "padat merayap" oleh berbagai fenomena angin yang bikin laut jadi lebih bergejolak," tulis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Instagram, Senin (1/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dinamika cuaca akhir tahun di Indonesia cukup sibuk, salah satunya oleh angin angin monsun Asia yang bertiup dari Asia menuju Australia. Angin ini menjadi pemicu utama gelombang tinggi di sebagian besar perairan dalam Indonesia.

Kemudian, ada juga gelombang alun atau swell di mana wilayah yang menghadap samudra lepas seperti perairan barat Sumatra dan selatan Jawa-NTT yang menghadap Samudra Hindia, serta perairan Papua yang menghadap Samudra Pasifik menerima gelombang kiriman dari tengah Samudra.

Kondisi tersebut membuat tinggi gelombang bertahan di kategori sedang hingga tinggi atau lebih dari 1,5 meter.

Lalu, pada periode ini siklon tropis hadir di belahan bumi selatan dan memicu peningkatan kecepatan angin serta tinggi gelombang secara signifikan, terutama di perairan bagian selatan Indonesia.

BMKG menyebut monsun Asia pada Desember baru memulai pemanasan. Tanda-tandanya terlihat di Laut China Selatan hingga perairan Kepulauan Natuna di mana kecepatan angin sudah mulai kencang dan mencapai lebih dari 18 km/jam.

Namun, di perairan dalam Indonesia seperti Selat Karimata, Laut Jawa, hingga Laut Banda, kekuatan angin masih tergolong lambat, antara 11-18 km/jam.

Bergeser ke Januari, monsun Asia bekerja maksimal dengan hembusan angin yang tak hanya kencang, tetapi juga meluas ke seluruh perairan dalam seperti Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Maluku, Laut Halmahera, hingga Laut Banda.

Kecepatan angin di perairan meningkat di atas 18,5 km/jam (>10 knot), membuat laut menjadi lebih bergejolak dengan gelombang tinggi bisa lebih dari 1 meter.

Pada Februari, monsun Asia biasanya telah melemah dengan penurunan kecepatan angin di perairan Indonesia, sehingga gelombang juga berangsur turun.

Meski demikian, aktivitas di perairan perlu tetap waspada, khususnya wilayah yang terhubung langsung dengan Samudra karena gelombang belum sepenuhnya reda.

Selain monsun, sistem atmosfer dan laut di Indonesia juga dipengaruhi beberapa fenomena seperti ENSO dan IOD yang punya periode tahunan.

Selain itu, ada juga gelombang atmosfer seperti MJO, Kelvin dan Rossby yang punya periode mingguan-bulanan.

Ada juga fenomena angin darat dan angin laut dengan periode harian, serta fenomena lain seperti Cold Surge (seruakan dingin), Borneo Vortex, hingga siklon tropis.

Semua fenomena tersebut berperan besar dalam membentuk kondisi cuaca di wilayah Indonesia.

Lebih lanjut, kondisi topografi Indonesia yang tersusun dari belasan ribu pulau dan ratusan gunung membuat angin tidak selalu bertiup lurus. Angin di Indonesia bergerak berbelok-belok mengikuti celah antar pulau, gunung, bukit, dan lembah sehingga menciptakan pola angin dan gelombang yang bervariasi.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER