Menkomdigi Ungkap Manfaat Penggunaan IoT di Pertanian, Apa Saja?

CNN Indonesia
Jumat, 07 Nov 2025 20:20 WIB
Menkomdigi Meutya Hafid mendorong adopsi teknologi Internet of Things (IoT) bisa mencapai wilayah pelosok, tak hanya di perkotaan.
Menkomdigi Meutya Hafid mendorong adopsi teknologi Internet of Things (IoT) bisa mencapai wilayah pelosok, tak hanya di perkotaan. (Foto: CNN Indonesia/Loamy N)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mendorong adopsi teknologi Internet of Things (IoT) bisa mencapai wilayah pelosok, tak hanya di perkotaan. Ia mencontohkan bagaimana teknologi ini bisa mendongkrak efisiensi pertanian, dan bahkan meningkatkan kualitasnya.

Pernyataan tersebut disampaikan Meutya saat melakukan kunjungan ke area kebun dan sawah di Desa Padas dan Desa Jetak, Kabupaten Sragen yang menjadi model percontohan nasional program penerapan teknologi digital di sektor pertanian, Rabu (5/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadi setelah berbincang dengan para petani setelah menggunakan IoT, internet of things, dan kecerdasan artifisial secara sederhana ini sudah mampu mengurangi pemakaian pupuk sekitar 40-50 persen dengan produktivitas yang juga meningkat, dan emisi karbon yang lebih rendah," kata Meutya di Sragen, Rabu (5/11)

Meutya mengatakan model percontohan yang telah berlangsung selama 6 bulan ini tak hanya memberikan dampak positif pada proses kerja para petani, tetapi juga hasil produksi mereka.

Ia menyebut melon hasil produksi para petani memiliki rasa lebih manis. Kualitas yang lebih baik ini memungkinkan karena penyiraman hingga pemberian pupuk diberikan secara optimal sesuai kondisi tanaman yang datanya disediakan oleh sensor-sensor pada IoT.

Data uji coba ini menunjukkan penggunaan teknologi IoT mampu meningkatkan hasil panen melon hingga 26 persen, yang meningkatkan pendapatan para petani hingga 44 persen. Teknologi ini juga menghemat penggunaan tenaga kerja hingga 45 persen, menghemat air hingga 15 persen.

Penggunaan IoT semacam ini juga dinilai akan memiliki dampak jangka panjang yang baik untuk lingkungan.

"Yang juga penting, mungkin tidak terasa langsung oleh petani tapi dalam jangka panjang akan terasa adalah ekosistem tanahnya juga menjadi terjaga karena tadi baik itu suhu, pengairan, pemupukan, semuanya dilakukan juga secara otomatisasi," terang Meutya.

Meutya mengatakan teknologi baru IoT hingga kecerdasan artifisial tak boleh hanya dimanfaatkan di daerah perkotaan, tetapi juga harus menjangkau wilayah pelosok.

Sragen sendiri dipilih untuk menjadi model percontohan karena infrastruktur internet yang sudah mumpuni dan kelompok petaninya sudah memiliki sistem panen yang baik.

Komdigi menggandeng dua perusahaan rintisan untuk menjalankan program ini, yakni PT Habibi Digital Nusantara dengan alat HabibiGrow untuk tanaman melon dan PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa dengan alat Jinawi untuk padi.

HabibiGrow adalah alat yang menjadi otak utama dalam melakukan aktivitas pemeliharaan tanaman seperti penyiraman tanaman dan pendinginan Greenhouse secara otomatis. Alat ini dapat beroperasi secara Online dan Offline.

Alat ini mempunyai modular pengontrolan aktivitas maksimal hingga 8 Zona dalam satu lahan yang berdekatan.

Sementara itu, Jinawi merupakan sistem pintar rekomendasi pemupukan berbasis IoT kadar N, P, K, pH, Electrical Conductivity (EC), suhu, dan kelembapan tanah. Terhubung dengan aplikasi android RiTx Bertani, pengguna dapat memperoleh rekomendasi pemupukan yang lebih presisi sesuai kondisi tanah.

Program yang diberi nama Tani Digital ini melibatkan 16 kelompok tani pembudidaya padi/jagung dan 16 kelompok tani pembudidaya melon dengan total 190 petani di Kabupaten Sragen.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER