Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) menyatakan penjualan motor listrik pada semester pertama 2025 hanya sekitar 11 ribu unit, jauh di bawah target tahunan yang mereka perkirakan bisa mencapai 100 ribu unit.
Hilangnya insentif pembelian motor listrik Rp7 juta per unit dari pemerintah menjadi salah penyebab penjualan surut.
"Ya memang tidak seperti 2024 yang ada subsidi dan sekarang ini kan belum ada kejelasan. Dan memang masyarakat kita lebih punya akses (kemauan membeli) kalau pemerintah ngasih subsidi," kata Budi Setyadi, Ketua Umum Aismoli saat dihubungi, Selasa (26/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjualan motor listrik dari puluhan anggota Aismoli mencapai 62 ribuan unit pada 2024, yang dipahami terbantu akibat program subsidi pembelian dari pemerintah sebesar Rp7 juta per unit. Sedangkan enam bulan pertama tahun lalu, penjualan motor listrik anggota Aismoli diyakini tembus 25 ribu hingga 30 ribu unit.
Subsidi itu namun berhenti sejak kuota tahun lalu sebanyak 60 ribu unit dari pemerintah terserap habis.
"Jadi ya memang mengalami penurunan," katanya.
Menurut Budi target 100 ribu unit setahun pada 2025 ini sebetulnya proyeksi penjualan jika pemerintah jadi menggelontorkan subsidi sejak awal tahun. Tapi faktanya, subsidi maupun insentif tak kunjung kejadian hingga kini.
"Target itu kalau ada subisidi bisa sampai 100 ribu unit, ya karena tidak ada tentu jauh (realisasi penjualan)," ucap dia.
Secara terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko menyampaikan penjualan motor listrik mengalami tren penurunan 20-30 persen hingga paruh tahun ini. Penyebabnya dikatakan sudah jelas karena ketiadaan insentif.
"Melindungi konsumen juga, melindungi dealer-dealer itu ya. Pasti, itu trennya jelas. Karena menunggu (insentif) jadi ya turun," ujar Moeldoko belum lama ini.
(ryh/fea)