Jakarta, CNN Indonesia --
Khabib Nurmagomedov menutup 2019 dengan penegasan ia layak jadi wajah
UFC saat ini. Namun 'Sang Elang' tidak memaksa untuk terus lama terbang tinggi.
Khabib mulai melejit setelah mengalahkan Conor McGregor di Oktober 2018. Kemenangan tersebut membuka mata dunia bahwa Khabib adalah wajah baru yang jadi representasi UFC.
Sebelum menang lawan McGregor, Khabib dikenal sebagai petarung hebat namun kesulitan mendapatkan kesempatan untuk melejit. Setelah ia mendapat duel perebutan gelar lawan Al Iaquinta, dan akhirnya dilanjutkan keberhasilan mempertahankan gelar lawan McGregor, Khabib mendadak jadi buruan petarung-petarung UFC lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khabib seolah jadi jalan pintas bagi mereka yang ingin memperoleh ketenaran dalam waktu singkat. Sabuk juara kelas ringan UFC dan pesona Khabib jadi alasan yang sulit ditolak oleh petarung lain untuk mencoba menawarkan tantangan.
Khabib pun seolah tidak peduli dan bukan tipe petarung yang memilih menghindari lawan. Ia akan menghadapi siapapun petarung yang mesti dihadapi sesuai peringkat dan keinginan UFC.
 Khabib Nurmagomedov mendominasi kelas ringan UFC. (Michael Reaves/Getty Images /AFP) |
Dustin Poirier yang jadi satu-satunya lawan di 2019 sudah merasakan kehebatan Khabib. Meski Poirier sempat melakukan kuncian leher, secara keseluruhan Khabib mendominasi pertarungan.
Khabib terlalu solid untuk duel di
ground fighting. Ia punya kuda-kuda kuat dan teknik kuncian yang beragam. Dalam hal
standing fighting, Khabib juga tetap kompetitif dan bisa memberikan perlawanan.
Khabib Wajah Baru UFCBila McGregor sukses mengangkat UFC lewat
trash talk dan karakteristik arogan, Khabib adalah wajah baru UFC dengan penggambaran yang jauh berbeda.
Khabib tidak suka
trash talk dan menjelek-jelekkan lawan, terlebih menyerang hal-hal yang bersifat personal.
Bagi Khabib duel di octagon memang tentang penentuan siapa yang lebih kuat, namun semuanya hanya dalam batas-batas sisi olahraga.
Hal itu terbukti pada laga lawan Poirier. Khabib dengan sukarela ikut memakai kaus Poirier yang akhirnya dijual untuk dana amal yang tengah digagas oleh Poirier.
Bagi Khabib pertarungan lawan McGregor bukanlah wajah diri yang sebenarnya. Ia tak pernah kehilangan kontrol emosi, namun McGregor akhirnya jadi pengecualian karena komentar-komentar yang sudah melewati batas.
Karakter Khabib yang berbeda jauh dari McGregor membuat UFC memiliki pasar baru yang sebelumnya tidak tersentuh. Khabib membuktikan masih ada petarung-petarung yang lebih senang berbicara dengan teknik bela diri di arena pertandingan dibandingkan berbicara besar tentang lawan sebelum laga dipanggungkan.
Khabib Tak Sayang Sabuk JuaraSebagai seorang juara UFC, Khabib tak pernah menimbang-nimbang lawan yang ringan untuk jadi lawan berikutnya.
Khabib seolah tak mau menghabiskan waktu menghadapi lawan yang tidak punya reputasi cukup bagus untuk bertukar pukulan dengan dirinya.
Karena itu Khabib membuka pintu lebar untuk Tony Ferguson, yang akan menjadi lawan pada April 2020. Ferguson sudah mencatat 12 kemenangan beruntun, seperti halnya Khabib di UFC. Catatan itu membuat Khabib menegaskan Ferguson adalah lawan yang layak mendapat kesempatan duel perebutan gelar.
[Gambas:Video CNN]Khabib juga sempat mengajukan duel lawan Georges St-Pierre yang sudah sempat pensiun dari UFC. GSP adalah tokoh protagonis di UFC tetapi duel tersebut tidak pernah masuk taraf serius.
Melihat gelagat Khabib yang tak pernah menghindari lawan, hal itu selaras dengan keinginan Khabib untuk pensiun dari UFC saat ia masih dalam posisi puncak.
Khabib menegaskan akan selalu ada alasan untuk bertahan di arena UFC, yaitu uang. Namun, Khabib lebih fokus pada aspek olahraga.
Bila Khabib menilai tak ada lawan yang membuat hasrat bertarungnya bergejolak, Khabib menilai itu saat yang tepat bagi ia untuk mundur.
Keputusan Khabib untuk mundur dalam waktu cepat memang bakal mengecewakan bagi sebagian orang. Namun di saat bersamaan, orang akan memaklumi bahwa 'Sang Elang' akan bosan terbang tinggi bila tak ada lagi lawan yang mumpuni.
(har)