Sempat Memanas, BNPB Jelaskan Evakuasi Ponpes Tak Bisa Tergesa-gesa

CNN Indonesia
Sabtu, 04 Okt 2025 14:10 WIB
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengingatkan, proses evakuasi tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengingatkan, proses evakuasi tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. (CNN Indonesia/Farid)
Sidoarjo, CNN Indonesia --

Proses pencarian korban ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo sempat diwarnai ketegangan, Jumat (3/10) kemarin.

Sejumlah keluarga korban yang tak sabar menunggu, mencoba menerobos masuk ke area reruntuhan karena ingin terlibat langsung proses pencarian, agar lebih cepat

Merespons hal itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengingatkan, proses evakuasi tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Menurutnya, sejak awal setiap langkah pencarian sudah dikomunikasikan dengan keluarga inti korban, terutama orang tua santri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau keluarga inti orang tuanya itu sudah dijelaskan sejak hari pertama dan setiap langkah-langkah yang dilakukan oleh tim ini semuanya dikomunikasikan dengan keluarga. Dan keluarga sudah menyetujui, baru kita bekerja. Tapi kadang-kadang dalam setiap bencana kan ada saja pihak-pihak yang baru datang gitu ya," kata Suharyanto di Posko Kedaruratan, Sidoarjo, Sabtu (4/10).

Ia menjelaskan, ketidaksabaran keluarga wajar muncul karena proses evakuasi dan pengangkatan reruntuhan memang memerlukan waktu. Tim DVI serta Inavis juga harus bekerja cermat memastikan identitas jenazah.

"Dia (keluarga) melihat di lapangan 'itu kok kurang banyak'. 'Kok kelihatannya gak bekerja', dan dia minta masuk. Nah ini sudah kami antisipasi, kami jelaskan termasuk tadi malam juga sudah dijelaskan secara rinci proses identifikasi yang dilakukan oleh DVI, Inavis, butuh waktu saja," ujarnya.

Suharyanto pun memastikan tidak ada hambatan dalam pengerahan peralatan. Bahkan alat berat dikerahkan secara masif untuk mempercepat pembersihan reruntuhan.

"Kemudian juga alat berat juga serang masuk secara masif untuk mempercepat. Semuanya sudah kita lakukan. Semuanya sudah kita lakukan," tegas Suharyanto.

Keluarga diarahkan menunggu di RS Bhayangkara

Selain itu, untuk meredam keresahan keluarga, BNPB mengambil keputusan baru, pihak keluarga atau wali santri kini diarahkan menunggu di RS Bhayangkara Polda Jatim di Surabaya.

Di rumah sakit itu, fasilitas dan logistik lebih memadai dibanding posko darurat.

"Sekarang kita sudah putuskan mereka kita akan kumpulkan dan mereka lebih baik menunggu di RS Bhayangkara. Sudah disiapkan tempat yang lebih representatif, logistik juga yang memadai, sehingga mungkin di tengah-tengah bencana mereka akan lebih tenang, lebih fasilitasnya lebih memadai dalam melewati hari-hari ketika menunggu identifikasi anggota keluarganya yang masih dalam proses," ucapnya.

Suharyanto menegaskan, kerja tim SAR tidak boleh terhambat oleh tindakan pihak-pihak yang mencoba mengambil langkah sendiri. Ia meminta keluarga korban dan masyarakat luas tetap memberi kepercayaan penuh kepada petugas yang sedang bekerja maksimal.

"Kami juga mohon dukungannya jangan kami disibukkan dengan hal-hal di luar pencarian pertolongan ini yang prioritas dengan tindakan-tindakan seperti tadi kurang percaya pada aparat, ingin mengambil sendiri, itu sebetulnya justru mengganggu proses pencarian pertolongan yang sudah dilakukan dengan semaksimal mungkin," katanya menegaskan.

Sebelumnya proses evakuasi korban ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo sempat diwarnai ketegangan, pada hari ke-5 pencarian, Jumat (3/10) kemarin.

Padahal, sejak hari kedua pencarian, area reruntuhan sudah disterilkan. Warga, media, maupun wali santri dilarang mendekat demi alasan keselamatan. Penjagaan pun berlapis, melibatkan aparat TNI, Polri, Satpol PP, hingga ormas Banser.

Garis polisi juga terpasang di berbagai titik akses jalan menuju lokasi.

Namun desakan keluarga korban memuncak ketika mereka berusaha mendekat ke area reruntuhan melalui jalur sempit di tengah permukiman. Aparat dan perwakilan pesantren berusaha mengadang sehingga suasana sempat memanas. 

"Kami ingin membantu, saya sudah tidak sabar ini, alat cuma satu, ini sudah lima hari pak," teriak salah seorang keluarga korban dengan suara lantang.

Situasi akhirnya bisa dikendalikan setelah aparat dan pengurus pesantren melakukan pendekatan persuasif. Hanya satu orang wali santri yang diizinkan masuk dengan pengawalan ketat. Setelah itu, kerumunan keluarga korban kembali ke posko.

(frd/vws)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER