Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nusa Tenggara Timur (NTT) mendesak kepolisian mengusut tuntas kematian Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30), aktivis lingkungan yang ditemukan tewas dengan leher terikat di sebuah gubuk Kampung Wodo Mau, Desa Tonggo, Nangaroro, Nagekeo, NTT, Jumat (5/9) lalu.
"WALHI NTT mendesak Kepolisian Resor Nagekeo untuk mengusut tuntas kasus ini secara transparan, profesional dan akuntabel," dikutip dari rilis resmi Walhi NTT, Rabu (10/9).
Mereka menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan sahabat terdekat Vian, serta mengajak publik untuk turut serta mengawal proses hukum demi memastikan kepastian dan keadilan bagi keluarga Vian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walhi NTT juga menyampaikan pelindungan terhadap aktivis, pendidik, serta masyarakat yang berjuang untuk lingkungan hidup dan masa depan daerah merupakan sesuatu yang penting.
"WALHI NTT percaya bahwa kebenaran harus diungkap dan keadilan harus ditegakkan. Kematian almarhum Vian Ruma tidak boleh dibiarkan menjadi misteri tanpa jawaban," ucap mereka.
Vian Ruma lahir dan besar di Desa Ngera, Nagekeo. Dia menempuh pendidikan hingga meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang tahun 2017.
Selama masa kuliah, Vian aktif dalam berbagai organisasi seperti Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Keo Tengah, PMKRI Cabang Kupang, dan Permasna.
Setelah kembali ke kampung halaman, Vian mengabdikan diri sebagai guru di SMPN 1 Nangaroro dan berhasil lolos seleksi sebagai tenaga PPPK. Vian juga aktif dalam kegiatan Gereja Katolik melalui OMK di Nangaroro dan Maunori.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Nagekeo AKBP Rachmad Muchamad Salili mengungkapkan pihaknya tengah mendalami penyebab kematian Vian.
"Kami masih pendalaman, kami masih belum memastikan (penyebab kematian korban), kami masih pendalaman," kata Rachmad saat dikonfirmasi CNN Indonesia, Selasa (9/9) sore.
Dia menyatakan sudah ada beberapa saksi yang telah dimintai keterangan oleh penyidik, di antaranya orang yang pertama kali menemukan jenazah korban, pihak kepala desa dan ketua RT di TKP hingga pihak keluarga.
"Dan sekarang ini ada (tambahan) beberapa saksi lagi, ada beberapa pemeriksaan saksi-saksi tambahan," lanjutnya.
Polisi disebut akan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga terkait rencana ekshumasi dan autopsi jenazah korban sehingga bisa diketahui secara pasti penyebab kematiannya.
Rachmad masih belum berani menyebut penyebab kematian korban maupun dugaan-dugaan tentang kematian korban. Sebab, menurut dia, pendalaman masih dilakukan.
Selain itu, dari hasil visum luar juga belum bisa memastikan penyebab kematian Vian. Pasalnya, saat ditemukan jenazah sudah dalam proses pembusukan karena diduga sudah meninggal empat hari sebelum ditemukan.