Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal balita usia 4 tahun, Raya, yang wafat dan banyak cacing di dalam tubuhnya di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Budi mengatakan balita Raya itu diduga wafat bukan karena cacingan akut, melainkan diduga ada infeksi.
Dari penjelasan medis yang diterimanya, Budi menyebut ada dua dugaan Raya meninggal dunia yakni karena meningitis atau TBC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang bersangkutan meninggal bukan karena cacingan. Yang bersangkutan meninggalnya karena infeksi. Infeksinya kita duga bisa karena meningitis, ini masih dugaan, bisa juga karena TBC," ujar Budi, saat berkunjung ke Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/8).
Budi mengatakan dugaan tersebut muncul, karena pasien diketahui mengalami batuk berdahak yang terus menerus selama tiga bulan sebelumnya. Hal itu pun mengakibatkan tubuh Raya menjadi lemah hingga akhirnya dievakuasi ke fasilitas kesehatan.
"Yang mengakibatkan dia lemah tubuhnya sehingga bakterinya menyebar ke seluruh tubuhnya dia Istilah kedokterannya namanya sepsis. Jadi yang bersangkutan itu meninggalnya karena sepsis atau infeksi yang menyebar ke seluruh tubuhnya dia," katanya.
Budi juga mengaku sedih dan berduka cita atas hal yang menimpa Raya.
Ia menyatakan dengan kasus Raya ini, ternyata banyak masyarakat masih memerlukan layanan kesehatan yang baik. Ia pun mengklaim jika pelayanan di kota besar dan di daerah terpencil masih sangat jauh.
"Perbedaan antara kualitas layanan kesehatan di kota-kota besar dan di daerah-daerah terpencil itu masih sangat jauh," katanya.
Dengan kasus Raya ini, Budi menyebut hal itu merupakan peringatan bagi seluruh pihak terkait terutama pada bidang kesehatan agar melakukan perbaikan khususnya pada pelayanan kesehatan masyarakat.
"Contoh kasus ini menjadi, kayak alarm buat kita untuk memastikan bahwa enggak usah jauh-jauh lah. Yang di Jawa Barat aja, dekat tadi saya ngomong sama Pak Dedi [Gubernur Jabar Dedi Mulyadi], yuk kita beresin," kata Budi.
"Yang pertama kita mau beresin apa? Di daerah-daerah seperti tersebut kita mau pastikan dari sisi kesehatan seluruh dinas kesehatan turun sampai ke puskemas. Bisa melihat kalau ada gejala-gejala cacingan satu orang anak saja itu artinya kan enggak bersih, itu segera dikasih obat cacing," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Raden Vini Adiani Dewi mengatakan pihaknya belum dapat menyimpulkan pasti penyebab kematian Raya.
"Jadi audit investigasi ini sedang dilakukan. Termasuk hari ini saya lagi zoom sebetulnya dengan Kementerian Kesehatan. Jadi nanti kita sudah sepakat satu suara untuk investigasi kematiannya. Itu akan dikeluarkan dari Kementerian Kesehatan. Itu kemarin kesepakatannya," kata Vini, di tempat dan waktu yang sama.
Vini menuturkan, pihak Dinkes Jabar pun bakalan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap orang tua dari Raya. Hal itu untuk mengetahui bilamana ada penyakit yang ditularkan kepada Raya dari orang tuanya.
"Untuk mengetahui, takut ada penyakit yang sebetulnya bersumber dari orang tuanya. Jadi sudah kami bawa ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Sekarang dirujuk ke Rumah Sakit Welas Asih untuk dimonitor kesehatan kedua orang tuanya," katanya.
Vini mengatakan, selain melakukan investigasi kematian Raya, ia juga melakukan akan melakukan investigasi terhadap pelaksanaan pelayanan puskesmas.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR Bidang kesehatan, Netty Prasetiyani menyatakan peristiwa pilu yang dialami almarhumah Raya itu menjadi alarm lemahnya sistem perlindungan sosial dan layanan kesehatan dasar di Indonesia.
"Tragedi ini menimbulkan duka yang menyayat hati sekaligus menjadi peringatan keras bagi semua pihak. Peristiwa ini tidak terjadi jika fungsi pencegahan, pemantauan, dan perlindungan sosial berjalan dengan baik," kata anggota DPR dari Fraksi PKS itu dalam keterangannya, Jumat (22/8).
Terkait Raya, istri dari eks Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) itu menyoroti lemahnya peran perangkat desa, kader posyandu, PKK, hingga bidan desa dalam menjaga kesehatan warga setempat.
Menurutnya, masih banyak warga miskin yang tidak masuk data penerima bantuan, sehingga kesulitan mengakses layanan dasar.
"Masih banyak keluarga miskin yang terabaikan dari data penerima manfaat, tidak memiliki dokumen kependudukan maupun jaminan kesehatan, sehingga kesulitan mengakses layanan dasar ketika kondisi darurat," ujarnya.