DPR Kritik Kualitas hingga Anggaran Film 'Merah Putih: One For All'

CNN Indonesia
Senin, 11 Agu 2025 16:25 WIB
Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian, kritik film animasi 'Merah Putih: One For All'. Ia dorong evaluasi untuk tingkatkan kualitas film Indonesia.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian mengkritik sejumlah aspek dalam film animasi 'Merah Putih: One For All' yang menuai sorotan publik. (via YouTube Perfiki TV)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian mengkritik sejumlah aspek dalam film animasi 'Merah Putih: One For All' yang menuai sorotan publik.

Lalu mengatakan respons dan kritik publik harus menjadi evaluasi agar meningkatkan kualitas film animasi ke depannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagi saya, masukan publik terhadap animasi tersebut adalah bagian dari proses evaluasi yang penting untuk mendorong pelaku industri kreatif agar terus berbenah dan meningkatkan kualitas karyanya," kata Lalu saat dihubungi, Senin (11/8).

Lalu menyebut informasi soal film 'Merah Putih' One For All' saat ini masih terbatas. Di internet, kata dia, film itu disebut hanya bertema nasionalisme, meski isu seputar kontroversinya lebih besar, terutama soal anggaran dan kualitas film.

"Berbagai media juga menyebut bahwa respons publik justru antara apresiasi terhadap pesan dan kekecewaan atas kualitas visual," kata Lalu.

Lalu menilai dukungan masyarakat terhadap industri film Indonesia tetap diperlukan. Hal itu penting untuk terus memperbaiki kualitas film dari industri lokal.

"Dukungan ini diperlukan sebagai bagian dari upaya kita dalam memajukan konten kreatif, terutama konten film animasi Indonesia," ujarnya.

Film 'Merah Putih': One For All' yang digarap Perfiki Kreasindo itu menuai kritik tajam, terutama setelah informasi mengenai biaya dan proses produksinya tersebar luas.

Film yang disutradarai dan ditulis oleh Endiarto dan Bintang, serta diproduseri oleh Toto Soegriwo ini, diklaim menghabiskan biaya produksi sebesar Rp6,7 miliar dengan waktu pengerjaan kurang dari satu bulan.

Jangka waktu pengerjaan yang sangat singkat ini memunculkan dugaan bahwa proyek tersebut dikerjakan terburu-buru, seolah-olah menggunakan prinsip "the power of kepepet" agar bisa tayang bertepatan dengan momen 17 Agustus.

Kritik utama warganet datang dari terungkapnya fakta bahwa aset-aset yang digunakan dalam film, seperti latar jalanan dan karakter, bukan dibuat secara mandiri melainkan dibeli dari toko digital seperti Daz3D. Hal ini dibocorkan oleh YouTuber Yono Jambul.

"Mereka ada adegan jalan kan. Nah mereka belinya aset street of Mumbai. Aneh banget kan makanya jalannya," ucap Yono, seperti dilansir Detik.

(fra/thr/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER