Kepolisian Filipina sedang melacak orang-orang yang berinteraksi dengan dua pelaku penembakan di Pantai Bondi, Sydney, Australia, saat keduanya berada di negara itu selama sebulan sebelum beraksi.
Pelaku yang terdiri dari ayah dan anak tersebut kedapatan pergi ke Filipina dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di Davao City, selatan negara itu yang rawan sarang kelompok milisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Kepolisian Wilayah Davao, Brigadir Jenderal Leon Victor Rosete, menyatakan aparat telah melancarkan "operasi penelusuran balik" untuk melihat pergerakan para pelaku penembakan, Sajid Akram dan putranya Naveed.
Operasi itu dilakukan untuk menelusuri lokasi yang mereka datangi serta orang-orang yang mereka temui selama berada di Davao.
Brigjen Rosete juga menambahkan kepolisian juga menyelidiki aktivitas para pelaku selama berada di Davao.
Aktivitas itu dilakukan termasuk menelusuri pihak-pihak yang berinteraksi dengan mereka serta "menilai kemungkinan ada hubungan atau jaringan pendukung".
Dikutip New York Times, kedua pelaku diduga sempat bertemu dengan sejumlah tokoh agama Muslim setempat selama di kota itu.
Namun, pihak berwenang menegaskan identitas pihak yang mereka temui serta isi pembahasan pertemuan itu masih tahap penyelidikan.
Brigjen Rosete juga mengatakan polisi sedang meninjau rekaman kamera keamanan di seluruh Davao, serta catatan hotel, data perjalanan, dan informasi intelijen lain yang tersedia.
Sebelumnya, Sajid dan Naveed Akram diketahui menginap selama satu bulan di GV Hotel di Davao sebelum pembunuhan massal di Sydney menewaskan sedikitnya 15 orang.
Salah satu staf GV Hotel, Jenelyn Sayson, mengungkapkan keluarga Akram jarang meninggalkan hotel selama masa inap, dan waktu terlama mereka berada di luar hotel hanya sekitar satu hingga dua jam.
Dilansir The Straits Times, Davao merupakan kota terbesar di Pulau Mindanao dan menjadi pusat wilayah selatan Filipina.
Wilayah ini dikenal daerah dengan pemberontakan Islamis berkepanjangan, termasuk kelompok yang menyatakan kesetiaan kepada Negara Islam (ISIS).
Informasi awal mengenai keluarga Akram yang diberikan oleh para ahli kontraterorisme Australia, menyebut keduanya terinspirasi oleh ISIS dan dilaporkan melakukan perjalanan ke Filipina untuk pelatihan.
Namun, pada 17 Desember, Dewan Keamanan Nasional Filipina menyatakan belum dapat memastikan apakah kedua orang itu telah "menerima pelatihan dalam bentuk apa pun di Filipina".
(rnp/rds)