Afsel Selidiki Penerbangan Misterius yang Bawa 153 Warga Palestina

CNN Indonesia
Senin, 17 Nov 2025 11:00 WIB
Afsel selidiki penerbangan misterius yang bawa ratusan warga Palestina tiba di negara itu pekan lalu.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa. Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan akan menyelidiki penerbangan misterius yang membawa warga Palestina tiba secara misterius pada pekan lalu. 

Ramaphosa mengatakan badan intelijen, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hubungan dan Kerja Sama Internasional saat ini sedang menilai situasi.

"Kami akan melakukan evaluasi yang tepat dan melihat apa yang terjadi di masa depan," kata dia, dikutip Reuters, Jumat (16/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka adalah orang-orang dari Gaza yang entah bagaimana secara misterius dinaikkan ke pesawat yang melewati Nairobi dan tiba di sini," imbuh dia.

Ramaphosa mengatakan otoritas Afrika Selatan perlu melihat asal-usul mereka, di mana titik berangkat mereka hingga alasan mereka dibawa ke sini.

Ramaphosa juga mengungkapkan alasan akhirnya Afrika Selatan menerima ratusan warga Palestina.

"Karena rasa iba, dan karena mereka adalah orang-orang yang kami, sebagai warga Afrika Selatan, dukung, kami merasa harus menerima mereka," ungkap dia.

Afrika Selatan menjadi salah satu negara yang mendukung dan lantang menyuarakan kemerdekaan Palestina. Negara ini pula yang mengajukan gugatan ke Israel di Mahkamah Internasional (IJC) pada 2023.

Pekan lalu, pesawat yang mengangkut 153 warga Palestina memasuki Afrika Selatan. Penumpang sempat tertahan 12 jam di pesawat karena tak punya stempel keberangkatan dari Israel di paspor mereka.

Setelah tertahan berjam-jam, Kementerian Dalam Negeri mengizinkan mereka keluar dari pesawat usai organisasi non pemerintah Gift of the Givers siap menyediakan akomodasi untuk para penumpang selama di Afrika Selatan. Dari ratusan penumpang itu, 130 dibawa ke Afsel, dan sisanya dipindah ke negara lain.

Founder Gift of the Givers, Imtiaz Sooliman, mengatakan warga Palestina sebelumnya tak tahu bakal dibawa kemana. Mereka baru sadar akan tiba di Afrika Selatan saat di Kenya.

"Beberapa punya visa untuk Kanada, Australia, dan Malaysia, dan akhirnya diizinkan pergi ke negara-negara tersebut," kata Sooliman, dikutip Reuters.

Sooliman mengatakan pilihan yang tersisa untuk sementara adalah pindah ke negara pilihan mereka jika diterima negara tujuan, punya visa kunjungan singkat sementara untuk Afrika Selatan, visa pengunjung selama 90 hari yang bisa diperpanjang beberapa kali, visa pelajar untuk tujuan belajar, atau mengajukan suaka.

Insiden serupa juga terjadi pada akhir Oktober lalu. Saat itu, ada pesawat carter yang mengangkut 176 penumpang Palestina.

Berdasarkan penilaian dari mereka yang tiba di Afrika Selatan, Sooliman mengatakan Israel tampaknya mengusir orang-orang dari Gaza.

Israel, lanjut dia, mengirim warga Gaza menggunakan pesawat carteran tanpa membubuhkan cap di paspor mereka.

"Israel sengaja tak memberi cap di paspor orang-orang malang ini untuk memperparah penderitaan mereka di negara asing,"kata Sooliman.

Sejauh ini, tak ada penjelasan resmi soal warga Palestina diduga dideportasi ke Afrika Selatan. Namun, terdapat sejumlah clue soal awal mula proses ini. Salah satu media Israel, Haaretz, turut memberitakan pesawat carter yang mengangkut warga Palestina.

Menurut media itu, ada organisasi Israel-Estonia yang memberi US$2.000 ke warga Palestina agar bersedia naik penerbangan carter. Pesawat lalu diterbangkan ke berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Afrika Selatan.

(isa/dna)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER