Musim hujan ekstrem membuat kawasan rawa di sepanjang Sungai Padma, Bangladesh, diserbu ular-ular yang merayap ke permukiman hingga mengancam warga sekitar.
Para dokter memperingatkan kasus gigitan ular pun terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangladesh telah mencatat hampir 15.000 kasus gigitan ular tahun ini, dengan total 84 kematian yang tercatat sejauh ini.
Daerah rawa memang sejak lama menjadi habitat alami ular, tetapi banjir akibat hujan monsun yang sangat deras tahun ini telah memaksa lebih banyak ular keluar dari tempat persembunyian menuju permukiman warga.
Profesor kedokteran Abu Shahin Mohammed Mahbubur Rahman mengatakan setidaknya 25 orang meninggal dunia akibat gigitan ular di Rumah Sakit Rajshahi Medical College sejak Januari 2025.
Rumah sakit tersebut telah menangani lebih dari 1.000 kasus dalam sembilan bulan, termasuk 206 gigitan dari ular berbisa seperti kobra, kraits, dan ular berbisa mematikan Russell's viper.
"Banyak pasien mengalami gagal ginjal akut setelah digigit ular," kata Rahman.
Secara nasional, pemerintah mencatat 84 kematian akibat gigitan ular tahun ini, dengan hampir 15.000 pasien dirawat. Pada 2024, kasus gigitan ular bahkan merenggut sekitar 118 nyawa, salah satu angka tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Ular berbisa Russell's viper yang dulunya jarang terlihat mulai berkembang biak pesatdi Bangladesh terutama di utara Bangladesh.
Ular jenis ini merupakan pengembang biak yang sangat produktif. Ular Russell's viper tidak bertelur, tetapi bertelur dan menetaskan hingga 60 anak sekaligus sehingga sulit dikendalikan.
"Mereka perenang yang kuat dan bisa terapung di atas tanaman eceng gondok," ujar Farid Ahsan, profesor zoologi di Universitas Chittagong.
Petani Ananda Mondol tak kuasa menahan tangis saat mengenang kejadian ketika seekor ular menggigit pergelangan kakinya di sawah tahun ini.
"Saya tak bisa bicara, tak bisa bergerak," kata pria berusia 35 tahun dari desa Nimtola di distrik utara Rajshahiitu kepada AFP.
"Saya muntah, kehilangan kendali atas tubuh sendiri, dan air liur terus keluar dari mulutku."
Ia menghabiskan tiga hari di ruang perawatan intensif dan hingga kini masih sering sulit tidur serta mengalami nyeri otot berkepanjangan.
Ayah empat anak itu belum kembali ke sawah sejak kejadian tersebut.
Istrinya, Sunita Rani, seorang tabib tradisional, mengatakan keluarga mereka tidak mampu melanjutkan pengobatan.
Kisah serupa banyak ditemukan di desa-desa utara Bangladesh.
"Kadang-kadang mereka (ular) bahkan berbaring di tempat tidur bersama kami," kata Rezina Begum saat mencuci pakaian di tepi sungai.
Warga lain, Mohammad Bablu, mengaku kini selalu takut berjalan di ladang.
"Jantungku berdegup kencang," ujarnya. "Baru kemarin mereka membunuh tujuh ekor ular."
(rds/bac)