Presiden Prabowo Subianto menggaungkan kecamanannya terhadap praktik penjajahan yang masih dilakukan sejumlah negara di zaman modern ini.
Dalam pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (23/9), Prabowo mengatakan Indonesia tahu betul hidup di dominasi koloni, opresi, dan perbudakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, di zaman ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi yang seharusnya lebih mudah mengentaskan kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan; sebagian wilayah masih dihadapkan oleh peperangan hingga ketidakpastian imbas "kebodohan manusia" yang disulut ketakutan, kebencian, dan rasisme.
"Negara saya mengerti rasa sakit ini. Selama berabad-abad, Indonesia hidup di Bawah dominasi koloni, opresi, dan perbudakan. Kami pernah diperlakukan lebih rendah dari anjing di Tanah Air kami sendiri," kata Prabowo di depan podium dengan nada berapi-api.
"Kami, bangsa Indonesia, tahu rasanya ditolak keadilan dan hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan ditolak dari kesetaraan," paparnya menambahkan.
Prabowo dalam pidatonya juga menyinggung soal genosida dan pelanggaran hukum internasional yang terus terjadi setiap harinya di depan mata dunia tanpa ada pertanggungjawaban hukum.
Prabowo mengambil contoh penjajahan sekaligus agresi brutal yang masih terus dihadapi bangsa Palestina hingga hari ini terutama di Jalur Gaza.
Dengan situasi yang tak menentu ini, menurutnya, seluruh negara di dunia justru harus bersatu melawan segala tantangan dan pelanggaran terhadap hukum interanional dengan menjunjung tinggi semangat multilateralisme dan internasionalisme.
"Setiap hari kita menyaksikan penyiksaan, genosida, dan penghinaan terang-terangan terhadap hukum internasional dan kemanusiaan[...]Dan hari ini, kita tidak boleh berdiam diri ketika rakyat Palestina terus dirampas hak atas keadilan dan legitimasi yang seharusnya mereka miliki di ruang sidang ini," ujar Prabowo.
Pernyataan Prabowo itu merujuk pada ketidakhadiran Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam Sidang Majelis Umum PBB kali ini setelah AS menolak visa delegasinya.
"Thucydides pernah mengingatkan: 'Yang kuat berbuat semaunya, sementara yang lemah menanggung akibatnya.' Kita harus menolak doktrin ini," ucap Prabowo.
(rds/bac)