Sejarah Tragis Nepal: Raja Dibunuh, Monarki Runtuh, hingga Rusuh

CNN Indonesia
Sabtu, 13 Sep 2025 17:25 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --

Kehidupan politik di Nepal dalam periode 1990-an dan 2000-an selalu ditandai ketidakstabilan yang berkepanjangan meski terkenal dengan alam dan kehidupan masyarakatnya yang penuh semangat spiritual.

Negara itu bahkan pernah dikoyak perang saudara antara kekuatan monarki kelompok Maois. Selama dua dekade tersebut, pemerintahan sebagian besar tetap berada di tangan monarki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2006, setelah perang saudara selama satu dekade antara pemberontak Maois dan pemerintahan yang dipimpin monarki berakhir, Nepal bertransisi dari monarki konstitusional menjadi republik demokratis.

Berakhirnya Monarki

Gonjang-ganjing di tubuh monarki Nepal sudah terjadi sejak Juni 2001 saat Putra Mahkota Dipendra membunuh ayahnya, Raja Birendra dan delapan anggota keluarga kerajaan lainnya.

Dipendra kemudian bunuh diri keesokan harinya. Salah satu anggota keluarga, Gyanendra tiba-tiba dipanggil untuk naik takhta, yang ia lakukan pada 4 Juni.

Ia menghadapi tugas berat memimpin negara yang terguncang akibat peristiwa tragis ini dan juga telah berada dalam kekacauan politik sejak pemberontakan berdarah dilancarkan pada 1996 di beberapa wilayah negara itu oleh faksi Maois radikal yang ingin mengganti monarki dengan pemerintahan komunis.

Banyak yang bertanya-tanya apakah Gyanendra cukup siap untuk pekerjaan itu. Pada pertengahan 2002, persaingan sengit antara beberapa partai politik besar dan gejolak pemberontakan yang terjadi secara berkala berkontribusi pada suasana kebingungan dan kekacauan di Nepal.

Dikutip dari Britannica, Februari 2005, ia memberhentikan perdana menteri dan kabinet, kemudian mengambil alih kekuasaan langsung. Namun pada April 2006, protes berkepanjangan selama lebih dari dua pekan memaksa Gyanendra melepaskan kekuasaan langsung istana dan mengembalikan Parlemen, yang pada bulan Mei memutuskan untuk lebih membatasi kekuasaannya.

Pada November, pemerintah dan pemberontakan Maois menandatangani perjanjian damai yang dimediasi PBB. Sebuah konstitusi sementara, yang diundangkan pada Januari 2007, menyerukan pembentukan majelis konstituante terpilih.

Pada Desember 2007, disepakati bahwa monarki dihapuskan, dan pemilihan umum diadakan untuk majelis konstituante pada April tahun berikutnya.

Dengan begitu, hapus sudah monarki di Nepal. Namun dengan berbagai goncangan seperti gempa bumi dahsyat pada 2015, keterpurukan ekonomi, dan Covid-19, banyak rakyat Nepal yang mulai merindukan kembali hadirnya monarki sebagai simbol pemersatu.

Tragedi di Nepal terus berlanjut dengan aksi protes yang dilakukan oleh Generasi Z di Nepal pada 8 September 2025. Aksi ini berubah menjadi kerusuhan besar.

Tercatat 19 demonstran yang semuanya anak muda tewas. Bahkan, kerusuhan ini juga menyasar rumah-rumah pejabat dan memaksa Presiden Nepal Ram Chandra Poudel mengundurkan diri beberapa jam setelah Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur.

Kondisi negara yang semrawut membuat Nepal tanpa pemimpin eksekutif seperti dilaporkan CNN, Selasa (9/9).

(imf/bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER