Kesehatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi perhatian publik usai tangannya lagi-lagi terlihat memar saat ia menjamu Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Oval Office.
The Independent melaporkan memar gelap tampak terlihat jelas di punggung tangan kanan Trump saat ia menandatangani perintah eksekutif di balik mejanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika bicara dengan wartawan, Trump sibuk menutupi punggung tangan kanannya itu dengan tangan kirinya. Namun, wartawan dapat melihat jelas dari berbagai sisi ketika ia melepaskan tangan kirinya. Ada memar cukup besar di tangan orang nomor satu Amerika itu.
Selama beberapa bulan terakhir, Trump tertangkap kamera memiliki memar gelap di punggung tangan kanannya. Terkadang, memar yang selalu muncul di lokasi yang sama itu ditutupi oleh riasan.
Gedung Putih dan dokter Trump sempat berdalih bahwa memar itu akibat Trump sering berjabat tangan. Dokter Trump juga menyatakan memar tersebut karena asupan aspirin yang dikonsumsi Trump.
Kendati demikian, jawaban ini tak memuaskan publik. Sejumlah pihak berspekulasi bahwa Trump mungkin sedang menjalani perawatan medis yang butuh diinfus atau bahwa Trump sering melakukan pengecekan darah.
Sekretaris Pers Karoline Leavitt pada Juli lalu akhirnya mengungkapkan bahwa Trump didiagnosis menderita insufisiensi vena kronis (chronic venous insufficiency).
Kondisi ini umum terjadi pada orang lanjut usia. Insufisiensi vena kronis adalah kondisi ketika vena atau pembuluh darah balik di tungkai (seluruh kaki) tidak berfungsi dengan baik.
"[Hasil tes USG] mengungkapkan bahwa [Trump] menderita insufisiensi vena kronis, suatu kondisi jinak dan umum terutama pada individu berusia di atas 70 tahun," kata Leavitt kepada reporter, 17 Juli lalu.
Dokter Gedung Putih Sean Barbabella sementara itu menegaskan bahwa Trump "tetap dalam kesehatan yang sangat baik" terlepas dari kondisinya saat ini. Gedung Putih memastikan kondisi Trump tidak menimbulkan risiko serius.
Meski begitu, spekulasi dan rumor terus beredar karena rasa ketidakpercayaan publik. Pasalnya, Trump terlalu sering menolak membagikan informasi kesehatannya atau salah menggambarkan kondisi kesehatannya.
Pada 2015, dokter Trump merilis surat pernyataan yang mengeklaim Trump adalah "orang paling sehat yang pernah terpilih menjadi presiden."
Dokter yang sama kemudian mengaku kepada wartawan bahwa Trump yang "mendiktekan seluruh isi surat tersebut."
Pada 2020, Trump sempat menyepelekan kondisinya ketika tertular Covid-19. Setelah itu, terungkap bahwa kondisinya kala itu jauh lebih buruk dari yang diketahui publik.
Ia sampai butuh rawat inap karena kadar oksigen darahnya rendah. Trump juga mengalami demam tinggi dan masalah paru-paru.
Selama ini, Trump sering mengolok-olok kondisi kesehatan mantan Presiden Joe Biden. Ia mengatakan Biden tak layak menjabat presiden karena kesehatannya buruk serta menuduh Biden telah menutupi masalah kesehatan utamanya.