Rusia Ogah NATO jadi Penjamin Keamanan Ukraina, Sebut RI Punya Peluang

CNN Indonesia
Kamis, 21 Agu 2025 07:30 WIB
Rusia menolak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjadi penjamin keamanan Ukraina jika kedua negara sepakat berdamai mengakhiri tiga tahun invasi Moskow.
Rusia menolak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjadi penjamin keamanan Ukraina jika kedua negara sepakat berdamai mengakhiri tiga tahun invasi Moskow. (Foto: iStock/Derek Brumby)
Jakarta, CNN Indonesia --

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov menolak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjadi penjamin keamanan Ukraina jika kedua negara sepakat berdamai mengakhiri tiga tahun invasi Moskow. 

Dalam pertemuan di Gedung Putih pada awal pekan ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sejumlah kepala negara Eropa sepakat mengirim pasukan ke Ukraina, tetapi belum ada rincian apakah pasukan itu bagian dari penjaga perdamaian atau untuk membantu Kyiv.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika ada tentara NATO yang secara resmi berada di wilayah Ukraina, itu akan menjadi tindakan agresi belaka. Itu berarti NATO berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ini di pihak Ukraina," kata Tolchenov saat konferensi pers di Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Rabu (20/8).

Tolchenov mengatakan isu jaminan keamanan untuk Ukraina sudah dibahas sebelumnya. Dia menyebut Rusia siap bertukar pendapat serta mencari jaminan.

"Tetapi bukan dari NATO, melainkan dari beberapa negara yang memiliki posisi penting di dunia modern dan memiliki pendekatan konstruktif terhadap Rusia dan krisis di sekitar Ukraina ini," ujar dia.

Artinya tak ada NATO sebagai penjamin keamanan Ukraina. Rusia, kata Tolchenov, telah menghargai upaya negara lain yang juga ingin berkontribusi dalam perdamaian di negara Eropa timur itu.

"Dan juga, saya ingin Anda mengetahui keberadaan apa yang disebut Group of Friends for Peace [Kelompok Sahabat untuk Perdamaian]," imbuh dia. Dalam bahasa Rusia, grup itu disebut Groups of Friends for Peace in Ukraine.

Tolchenov lalu menjelaskan lebih lanjut soal kelompok itu. Negara anggota grup tersebut seperti Brasil dan China telah mengajukan diri menjadi mediator dalam konflik di Ukraina.

Saat ini anggota Groups Friends for Peace berjumlah 17 negara termasuk Indonesia. Dubes itu lalu mengatakan mungkin beberapa anggota bisa berkontribusi menjadi penjamin Ukraina.

"Dan Indonesia, sejak tahun lalu, Indonesia juga menjadi anggota Kelompok Sahabat untuk Perdamaian. Jadi mungkin beberapa dari Kelompok Perdamaian ini bisa menjadi salah satunya," ungkap dia.

Pernyataan Tolchenov muncul usai Trump menggelar pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan sejumlah kepala negara Eropa pada Senin.

Dalam pertemuan tersebut mereka membahas jaminan keamanan untuk Ukraina jika kesepakatan damai dengan Rusia tercapai. Namun, belum ada rincian lebih lanjut soal jaminan keamanan ini.

Zelensky mengatakan rincian itu bakal diresmikan satu minggu hingga 10 hari ke depan. Salah satu kemungkinannya adalah kehadiran tentara NATO dalam bentuk intelijen, dan menyediakan keamanan di udara, atau sekadar dana.

Trump sementara itu telah berjanji mengoordinasikan operasi penjaga perdamaian yang dipimpin Eropa dan Ukraina.

(isa/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER