Carolina Wilga, seorang backpacker asal Jerman, berhasil keluar dalam keadaan selamat setelah 11 hari tersesat di dalam hutan terpencil di Australia. Ia ditemukan setelah berjalan tanpa arah sejauh 24 kilometer dari mobilnya setelah terjebak di daerah tersebut.
Menurut pernyataan resmi kepolisian Australia Barat, Wilga sanggup bertahan hidup selama 11 hari dengan makan sisa-sisa persediaan hingga minum air hujan dan genangan air.
"Dia menghabiskan 11 malam di hutan belantara dan bertahan hidup dengan hanya mengonsumsi sedikit persediaan makanan miliknya, serta minum air hujan hingga genangan air," tulis keterangan kepolisian, dikutip dari Channel News Asia pada Sabtu (12/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia mencari tempat berlindung pada malam hari di mana saja yang memungkinkan, termasuk di dalam gua," lanjutnya.
Wilga akhirnya ditemukan setelah terakhir terlihat mendatangi sebuah toko di Beacon dengan mobil van pada 29 Juni. Jessica Securo, polisi yang sudah berbicara kepada Wilga, menjelaskan kronologi di balik kejadian itu bermula sejak hari tersebut.
Ia sempat bertolak dengan mobil itu, tetapi tiba-tiba kehilangan kendali dan mobilnya menjadi tak berfungsi. Wilga sempat bertahan di van itu satu hari, kemudian meninggalkan mobilnya karena panik dan merasa harus mencari bantuan.
Sejak saat itu, Wilga justru tersesat di hutan dan harus bertahan hidup dengan persiapan yang seadanya. Ia pun mencoba mencari jalan keluar dengan mengikuti arah matahari, tetapi usaha itu memakan waktu lama.
"Dia hanya punya sedikit makanan dan air. Dari pembicaraan dengannya, dia mengaku seharusnya bisa memikirkan rencana lebih matang," ujar Securo.
"Dia melihat ke arah matahari dan mencoba ke barat, berpikir bahwa itu akan menjadi peluang terbaiknya untuk menemukan seseorang atau jalan," sambungnya.
Usaha bertahan hidup di medan berbahaya itu tidak berjalan mulus. Ia menderita kelelahan hebat, dehidrasi, sengatan matahari, gigitan serangga yang parah, dan kaki yang terluka.
Hingga kemudian, seorang pengemudi bernama Tania Henley menjadi orang yang menemukan Wilga di tepi jalan. Ia melihat Wilga melambaikan tangan meminta pertolongan. Wilga juga dalam kondisi yang sangat rapuh saat ditemukan karena tubuhnya digigit nyamuk dan menderita kedinginan.
"Segala sesuatu di hutan ini sangat berbahaya. Saya tidak percaya dia bisa selamat. Dia tidak memakai sepatu, kakinya terlilit," ungkap Henley.
Sementara itu, polisi menemukan van milik Wilga pada Kamis (11/7). Mobil itu terdampar di semak belukar lebat di utara Beacon dengan plastik warna oranye tertempel di bawah roda belakang.
Wilga kemudian masih dirawat di rumah sakit dan belum diizinkan keluar hingga Sabtu (12/7). Perempuan berusia 26 tahun itu masih butuh dukungan emosional dan perawatan untuk beberapa luka.
Ia juga sudah berkomunikasi lagi dengan pihak keluarga di Jerman. Keluarganya pun bersyukur dan merasa lega dengan bantuan masyarakat Australia Barat terhadap Wilga.
Meski begitu, keluarga Wilga tidak berencana menjemput backpacker itu di Australia. Wilga, di sisi lain, juga belum berniat pulang karena masih ingin menjelajahi kawasan timur Australia.
"Tidurnya nyenyak semalam. Dia sudah mandi. Kami memberinya makan, yang sangat membuat dia lega. Saat ini dia hanya menjalani satu demi satu tahapan," ungkap Securo.
"Carolina bilang dia cinta Australia. Masih banyak yang harus dia lakukan di sini. Dia belum sampai ke pantai timur, jadi itu masih ada di daftar impiannya," pungkasnya.