Bulan Keempat Myanmar Dikuasai Junta, Bom Meledak di Yangon

CNN Indonesia
Minggu, 02 Mei 2021 05:19 WIB
Memasuki bulan keempat junta militer menguasai Myanmar, dan aksi-aksi demonstrasi terus berjalan di sejumlah kota di negara seribu pagoda tersebut.
Kericuhan saat demo rakyat Myanmar antijunta militer di Yangon, 3 Maret 2021. (REUTERS/STRINGER)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah ledakan beruntun mengguncang Yangon yang merupakan kota terbesar Myanmar, Sabtu (1/5). Sementara itu, gelombang demonstrasi menolak junta militer yang tengah berkuasa di Myanmar saat ini pun terus berlanjut memasuki bulan keempat.

Sejak pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, dikudeta pada 1 Februari lalu telah terjadi perlawanan rakyat melawan penguasa militer.

Kini memasuki bulan keempat junta militer berkuasa, demonstrasi terus terjadi. Para demonstran pun menggunakan strategi baru untuk menghindari jadi korban peluru dan kekerasan aparat militer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya dalam aksi demonstrasi di salah satu kawasan komersial Yangon. Salah satu aktivis, Han Htet mengatakan mereka harus bergerak cepat ketika pasukan keamanan tiba.

"Jika tidak mereka akan tewas atau tertangkap," kata Htet seperti dilansir dari AFP.

Kesaksian Bom Meledak Dekat Sekolah

Salah satu warga sekitar mengatakan bom meledak tak jauh dari sebuah sekolah di Insein, Yangon. Bom tersebut meledak sekitar pukul 10.00 waktu setempat.

"Beberapa petugas keamanan datang untuk memeriksa area ledakan, tapi saya hanya bisa melihat dari kejauhan, dari rumah saya, karena saya takut mereka menahan saya," ujar salah satu saksi yang kediamannya berada tak jauh.

Menjelang Sabtu sore, dua ledakan lagi terjadi di Yankin.

"Saya pikir itu petir," ujar salah satu warga sekitar yang mendengarkan ledakan tersebut terjadi. Berdasarkan laporan kantor berita Myanmar, seorang perempuan terluka akibat ledakan di Yankin tersebut. Belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan-ledakan yang terjadi di Yangon tersebut.

Di satu sisi, kelompok pemantau lokal menyatakan di seluruh wilayah negeri itu setidaknya mendekati 160 warga sipil antikudeta yang terbunuh. Sementara itu junta melaporkan jumlah korban yang jauh lebih rendah.

Belum lagi konflik militer Myanmar dengan kelompok pemberontak, Serikat Nasional Karen (KNU) yang semakin bergerak sejak aksi kudeta berlangsung pada 1 Februari lalu. Konflik itu pun telah membuat para warga sipil di basis pemberontakan KNU harus mengungsi ke perbatasan Thailand.

Konflik lain adalah kelompok tentara kemerdekaan Kachin yang juga mulai menunjukkan kiprah di wilayah utara Myanmar.

(afp/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER