Javier Bardem mengungkapkan kegeramannya terhadap aksi pasukan militer Israel (IDF) yang mengunggah konten penembakan warga Gaza layaknya suatu hiburan.
Bintang F1 the Movie itu bahkan dengan tegas menyamakan IDF dengan Nazi, hingga menilai tindakan tentara Israel tersebut mirip seperti karakter Amon Göth di Schindler's List (1993).
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"IDF adalah Nazi. Ingat Amon Göth di Schindler's List? Perwira SS sadis yang menembak tahanan dari balkonnya hanya untuk hiburan," tulis Javier Bardem via Instagram @bardemantarctic, Kamis (21/8).
"Ia menggambarkan kejahatan yang kasar dan kekejaman dalam aparat militer yang represif. Hari ini, logika teror dan dehumanisasi yang sama dipakai IDF terhadap rakyat Palestina," lanjutnya.
Javier Bardem merupakan salah satu bintang Hollywood yang rutin menyoroti agresi Israel terhadap Palestina. Aktor kelahiran Spanyol itu bahkan tak segan mengkritik Israel secara terbuka di internet.
Ia sebelumnya sempat mengecam pemerintah Israel atas kejahatan di Jalur Gaza. Ia kemudian mendesak masyarakat internasional untuk ikut menyuarakan peristiwa ini agar benar-benar bisa didengar Israel.
Bardem juga ikut menandatangani surat protes terbuka kepada The Academy karena bungkam ketika Hamdan Ballal, sutradara No Other Land film pemenang Oscar, diculik dan diserang oleh warga Israel.
Surat itu diteken lebih dari 400 anggota The Academy, termasuk Javier Bardem. Ada pula aktor, sutradara, dan produser lain yang ikut mengecam lewat surat tersebut.
Mereka adalah Ralph Fiennes, Yorgos Lanthimos, Mark Ruffalo, Melissa Barrera, Guy Pearce, David Cronenberg, Alfonso Cuaron, Mike Leigh, Viggo Mortensen, Pedro Almodovar, Sandra Huller, Tessa Ross, hingga Justine Triet.
Sementara itu, serangan Israel ke Palestina dalam kurun 19 bulan mengakibatkan puluhan ribu korban tewas dan mayoritas adalah warga sipil.
Berdasarkan catatan Israel, 8.900 pasukan Hamas dan Palestinian Islamic Jihad yang diperkirakan tewas, sementara total korban meninggal dunia secara keseluruhan mencapai 53.000.
Rasio korban tewas antara warga sipil dan pasukan mencapai 83 persen berbanding 17 persen. Menurut peneliti konflik, rasio tersebut sangat besar dalam perang modern.
Sepanjang sejarah, hanya genosida Rwanda pada 1994, pembantaian Srebrenica tahun 1995, dan pengepungan Mariupol oleh Rusia pada 2022 yang memiliki tingkat kematian warga sipil lebih tinggi.
(frl/chri)