Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah buka suara mengenai film bertema kebangsaan yang sedang ramai dibicarakan netizen belakangan ini.
Dalam salah satu unggahan terbarunya, Badan Bahasa menyoroti soal tagline atau bahan promosi film tersebut, "film animasi anak Indonesia pertama bertema kebangsaan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Bahasa tidak gamblang menyebutkan judul film yang dimaksud, tapi tagline itu digunakan dalam trailer Merah Putih: One for All yang diunggah Perfiki TV sejak Juni 2025 di YouTube dan akan tayang 14 Agustus di bioskop.
"Namun, ada hal yang mengganjal. Mengapa justru judulnya menggunakan bahasa asing? Bukankah esensi nasionalisme adalah memuliakan bahasa dan identitas bahasa sendiri?" komentar Badan Bahasa di X atau Twitter pada Senin (11/8).
"Menggunakan bahasa asing pada judul film bertema nasionalisme dan kebangsaan, tetapi mengabaikan bahasa sendiri terasa paradoksial."
"Jika kita ingin generasi mencintai tanah air, bukankah seharusnya kita memulainya dengan menghormati bahasa sendiri?" bunyi pernyataan Badan Bahasa.
Mereka kemudian membeberkan dasar dari pernyataan itu yang tertuang dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
Pasal itu mengatur penggunaan bahasa Indonesia pada nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen, perumahan, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, dan organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.
![]() |
"Kita tidak sekadar membicarakan pilihan kata, tetapi juga soal konsistensi nilai," tutur mereka.
"Bahasa adalah identitas. Nasionalisme bukan hanya soal simbol merah putih, melainkan juga soal mempertahankan bahasa Indonesia di ruang publik," Badan Bahasa menegaskan.
Penggunaan bahasa asing dalam judul film tersebut memperpanjang sorotan terhadap Merah Putih: One for All. Warganet hingga anggota DPR sebelumnya sudah menyoroti mengenai kualitas film animasi itu.
Hal itu kemudian berkembang pada kabar bahwa produksi film animasi itu menelan biaya Rp6,7 miliar, yang telah dibantah sutradara dan produser, dengan pengerjaan kurang dari sebulan.
Jangka waktu pengerjaan yang sangat singkat ini memunculkan dugaan bahwa proyek tersebut dikerjakan terburu-buru, seolah menggunakan prinsip "the power of kepepet" agar bisa tayang bertepatan dengan momen HUT ke-80 RI pada 17 Agustus.
Netizen juga menjadi heran jika biaya produksi itu terbukti mencapai Rp6,7 miliar ketika menonton trailer yang menampilkan kualitas animasi Merah Putih: One for All.
Sebagai perbandingan, biaya produksi anime sekelas One Piece atau Demon Slayer per episodenya hanya sekitar Rp1,8 miliar, dengan kualitas yang jauh lebih tinggi.
(chri)