THE BIG INDONESIA FORUM

Ketua Yayasan Bambu Ungkap Peran Penting Ibu dan Perempuan di TBIF

CNN Indonesia
Selasa, 23 Des 2025 08:30 WIB
Program kebun pangan perempuan YBLL mendorong ibu-ibu berdaya, bersuara, dan berpenghasilan sambil merawat alam secara berkelanjutan.
Dalam TBIF, Yayasan Bambu Lingkungan Lestari menceritakan bagaimana kebun pangan perempuan telah mengubah cara pandang dan cara perempuan dipandang. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perubahan besar sering kali lahir dari hal-hal yang tampak sederhana. Bagi Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), perubahan itu berawal dari bekerja bersama perempuan, para ibu yang selama ini kerap tak terlihat, tak bersuara, dan tak diperhitungkan dalam pengambilan keputusan, baik di rumah maupun di komunitasnya.

Ketua Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Monica Tanuhandaru, menyebut pengalaman bekerja dengan perempuan sebagai salah satu proses paling berharga sepanjang perjalanan yayasan tersebut. Menurutnya, ketika perempuan diberi pengetahuan dan ruang, mereka bukan hanya menjadi pelaku, tetapi juga subjek perubahan.

"Yang tadinya invisible, tidak dihitung sebagai suara di dalam rumah tangga dan kampungnya, sekarang mereka bersuara dan diperhitungkan sampai tingkat desa dan klan besar," ujar Monica dalam acara The Big Indonesia Forum (TBIF) yang digelar di Museum Nasional dan tayang di CNN Indonesia, Senin (22/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berangkat dari pengalaman panjang pemberdayaan perempuan melalui bambu, YBLL kini mendorong langkah baru, kebun pangan perempuan. Program ini tidak berdiri sendiri, melainkan melengkapi kerja-kerja konservasi dan ekonomi yang telah dijalankan bertahun-tahun.

Bersama Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA) Veronica Tan, YBLL memulai kebun pangan perempuan di 12 titik. Di lokasi yang sama, para perempuan juga menanam bambu, tanaman yang oleh YBLL dipandang memiliki nilai berlapis.

Bambu bukan sekadar sumber ekonomi. Dalam satu rumpun, bambu mampu menyimpan hingga 3.500 liter air dalam satu musim hujan. Kata Monica, bambu menstabilkan tanah, mengurangi risiko longsor, menyerap air hujan, sekaligus memiliki nilai sosial dan budaya yang kuat dalam sejarah Indonesia.

"Bambu ada di relief Candi Borobudur, dan bambu runcing juga menjadi bagian dari kemerdekaan kita," kata Monica.

Dampak luas kebun pangan perempuan di daerah

Pengalaman YBLL bekerja dengan ribuan perempuan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan empat provinsi lainnya menunjukkan dampak yang luas, sosial, ekonomi, budaya, hingga politik. Bahkan, beberapa perempuan yang terlibat dalam program ini kemudian terpilih menjadi kepala desa.

Dari sisi ekonomi, para perempuan yang bekerja dengan bambu bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp2 juta per bulan. Dengan tambahan dari kebun pangan, penghasilan itu berpotensi meningkat hingga Rp3 juta per bulan. Namun bagi YBLL, dampak terpenting bukan semata angka.

"Mereka punya kebanggaan. Punya skill, pengetahuan, pendapatan, dan suara," ujar Monica.

Identitas pun berubah. Dari sekadar ibu rumah tangga, kini mereka menyebut diri dengan bangga sebagai 'mama bambu'.

Menurut Monica, kedekatan perempuan dengan alam menjadi kunci keberhasilan program ini. Perempuan merawat anakan bambu layaknya anak sendiri, telaten, penuh kasih, dan konsisten. Dalam tiga bulan pertama, fase paling rentan bagi bambu, peran perempuan terbukti krusial.

"Kalau perempuan diberi akses lahan dan tanah, mereka akan merawatnya dengan baik dan bisa menghidupi kita semua," tuturnya.

Pendekatan inovatif juga dilakukan YBLL saat pandemi COVID-19. Melalui skema cash for work berbasis hasil, YBLL bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT dan melibatkan sekitar 600 mama bambu. Instruksi diberikan lewat video di ponsel, bahkan ponsel itu turut dimanfaatkan anak-anak untuk sekolah daring.

Selama dua tahun, dukungan senilai Rp18 miliar berhasil menghasilkan 3,5 juta bibit dan penanaman di lebih dari 1.000 hektare lahan. Kini, hasil kerja tersebut mulai terlihat dan menjadi kebanggaan bersama komunitas.

Ke depan, YBLL juga tengah melakukan riset dengan berbagai universitas terkait nilai ekonomi karbon. Monica membayangkan perempuan yang merestorasi lahan kritis dan menjaga hutan akan memperoleh kompensasi dari nilai karbon, bukan sebagai perdagangan, melainkan penghargaan atas peran mereka merawat bumi.

Di akhir refleksinya, Monica menyampaikan pesan kuat, khususnya bagi perempuan dan generasi muda. Menurutnya, memperbaiki kondisi planet yang rusak membutuhkan keberanian untuk melawan arus.

"Kalau kita mau mengubah keadaan bumi, kita memang harus melawan arus. Arus perusakan jauh lebih besar. Mari kita kerja bareng, perempuan dan laki-laki, untuk melawan arus perubahan yang merusak ini," pungkasnya.

(tis/tis)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER