Keringat berlebihan pada tangan dapat dialami siapa saja dan kerap mengganggu aktivitas sehari-hari. Berikut penyebab tangan berkeringat berlebihan dan cara mengatasinya.
Tangan berkeringat sebenarnya hal biasa. Namun saat keringat terus muncul meski tidak sedang berolahraga atau di cuaca panas maka bisa jadi itu tanda palmar hyperhidrosis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keringat berlebih ini dipicu oleh kelenjar keringat ekrin yang mendapat rangsangan berlebihan dari sistem saraf simpatik. Akibatnya, telapak tangan bisa basah meski tubuh tidak membutuhkan pendinginan.
Palmar hyperhidrosis bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mulai dari menulis, berjabat tangan, hingga menggunakan ponsel.
Melansir dari berbagai Very Well Health, penyebab palmar hyperhidrosis dapat dikategorikan sebagai berikut.
Stres, kecemasan, rasa takut, dan gugup menjadi penyebab paling umum tangan berkeringat.
Dalam kondisi emosional tertentu, tubuh melepaskan zat bernama asetilkolin yang merangsang saraf postganglionik menyebabkan keluarnya keringat secara spontan. Keringat dapat berlanjut hingga stres mereda.
Pada sebagian orang, respons ini terjadi secara berlebihan. Bahkan, hanya dengan membayangkan situasi yang menegangkan, keringat dapat langsung keluar dari telapak tangan.
Ketidakseimbangan hormon jadi salah satu penyebab tangan berkeringat berlebihan. Kondisi seperti hipertiroid, diabetes, hipoglikemia, kehamilan, hingga menopause dapat memengaruhi kerja sistem saraf dan kelenjar keringat.
Perubahan hormon ini membuat tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan, sehingga produksi keringat meningkat, termasuk di area tangan.
Ilustrasi. Penyebab tangan berkeringat berlebihan salah satunya masalah saraf. (freepik/user11167029) |
Gangguan pada sistem saraf turut berperan dalam palmar hyperhidrosis. Penyakit seperti parkinson, cedera sumsum tulang belakang, stroke, hingga gangguan nyeri kronis karena cedera dapat mengganggu sinyal saraf yang mengatur keringat.
Dalam beberapa kasus, tumor jinak maupun ganas yang memengaruhi sistem saraf atau hormon juga bisa menyebabkan telapak tangan terus berkeringat.
Infeksi tertentu dapat mengganggu pusat pengatur suhu tubuh di otak. Tuberkulosis dan sepsis, misalnya, diketahui dapat menyebabkan keringat berlebih, termasuk pada tangan, akibat perubahan kadar zat kimia dalam tubuh.
Meski jarang, tapi kondisi ini perlu diwaspadai bila keringat berlebihan disertai demam, penurunan berat badan, atau keluhan lain yang tidak biasa.
Sejumlah obat diketahui memiliki efek samping berupa keringat berlebih. Antidepresan, obat nyeri jenis opioid, insulin, hingga obat antiinflamasi nonsteroid dapat memicu respons tersebut.
Konsumsi alkohol, termasuk saat fase putus alkohol, juga sering dikaitkan dengan tangan berkeringat berlebihan pada sistem saraf.
Dokter biasanya akan menilai pola keringat berlebih, pola, waktu, serta gejala lain yang menyertai. Untuk memastikan diagnosis, dapat dilakukan tes khusus seperti:
Palmar hyperhidrosis primer umumnya ditandai keringat berlebih yang berlangsung lebih dari enam bulan, terjadi di kedua tangan, tidak muncul saat tidur, dan sering memiliki riwayat keluarga.
Meski tidak membahayakan fisik, tangan berkeringat berlebihan dapat ditangani dengan berbagai cara. Terdapat antiperspirant khusus, obat antikolinergik, terapi iontophoresis, hingga suntikan botulinum toxin (botox).
Dalam kasus berat, prosedur bedah saraf menjadi pilihan terakhir. Selain itu, terapi psikologis juga dianjurkan untuk membantu mengelola stres yang dapat memperburuk kondisi.
Palmar hyperhidrosis memang kerap dianggap sepele, namun mengenali penyebabnya menjadi langkah awal untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan meningkatkan kualitas hidup.
(nga/els)