UNICEF: 1 dari 10 Anak di Dunia Alami Obesitas

CNN Indonesia
Kamis, 11 Sep 2025 19:15 WIB
Angka obesitas pada anak dan remaja kian mengkhawatirkan. Laporan UNICEF mencatat, 1 dari 10 atau setara dengan 188 juta anak di dunia mengalami obesitas.
Ilustrasi. Laporan UNICEF mencatat, 1 dari 10 atau setara dengan 188 juta anak di dunia mengalami obesitas. (iStockphoto/kwanchaichaiudom)
Jakarta, CNN Indonesia --

Angka obesitas pada anak dan remaja kian mengkhawatirkan. Laporan UNICEF mencatat, 1 dari 10 atau setara dengan 188 juta anak di dunia mengalami obesitas.

Melansir CNN, para peneliti mempelajari data kesehatan anak dan remaja di lebih dari 190 negara. Hasilnya, hampir semua negara memiliki anak yang mengalami kelebihan berat badan hingga obesitas, kecuali di kawasan Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Obesitas terjadi saat tubuh menyimpan lemak dalam jumlah berlebih. Obesitas bisa berujung pada masalah kesehatan kronis, mulai dari diabetes hingga penyakit jantung.

"Anak-anak dianggap kelebihan berat badan ketika badan mereka lebih berat daripada berat badan sehat untuk anak dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan yang sama," catat UNICEF.

Laporan juga menyebutkan, jumlah anak yang mengalami kelebihan berat badan dalam 25 tahun terakhir telah meningkat drastis dari 194 juta menjadi 391 juta. Dari jumlah ini, sebagian besarnya tergolong obesitas.

Tingkat obesitas tertinggi terjadi di beberapa negara seperti di Niue dengan persentase 38 persen, Kepulauan Cook 37 persen, dan Nauru 33 persen. Obesitas terjadi pada anak dan remaja usia 5-19 tahun.

Negara-negara berpenghasilan tinggi juga memiliki tingkat obesitas yang tinggi. Termasuk di antaranya di Chili, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab.

Hampir di semua kawasan, angka obesitas justru melampaui angka kekurangan berat badan.

Peneliti berpendapat, makanan olahan dan cepat saji yang tinggi gula, karbohidrat, garam, lemak tak sehat, dan zat adiktif lainnya jadi biang kerok utamanya.

"Obesitas merupakan masalah yang terus berkembang dan dapat memengaruhi kesehatan serta perkembangan anak. Makanan olahan semakin menggantikan buah, sayur, dan protein. Padahal, nutrisi memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan kesehatan mental anak," jelas Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.

Para peneliti juga mencatat bahwa di negara berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan cenderung lebih umum terjadi pada anak dan remaja yang berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka rentan dalam mengonsumsi makanan rendah nutrisi.

Sementara di negara berpenghasilan rendah, anak-anak lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan jika berasal dari keluarga mampu.

Di negara-negara berpenghasilan menengah, kelebihan berat badan pada anak mencakup semua kategori pendapatan. Di negara kategori ini, makanan dan minuman olahan juga lebih mudah didapatkan.

(asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER