Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Sering Terlambat Disadari

CNN Indonesia
Kamis, 11 Sep 2025 16:00 WIB
Gejala Multiple Myeloma kerap tak spesifik, membuat banyak pasien baru terdiagnosis saat sudah stadium lanjut.
Ilustrasi. Tak ada gejala khas, inilah yang kerap pasien alami saat tahu kankernya sudah masuk masuk fase lanjut ini. (iStock/Dr_Microbe)
Jakarta, CNN Indonesia --

Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah paling umum kedua di dunia, dengan lebih dari 176 ribu kasus baru tercatat setiap tahunnya. Namun, jumlah pasien di Indonesia hingga kini belum terdokumentasi secara pasti.

Menurut Jurnal Penyakit Dalam Indonesia tahun 2020, sepanjang 2005-2015, tercatat 356 kasus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD). Menariknya, jumlah pasien baru juga meningkat, dari sekitar 10 pasien pada 2005 menjadi lebih dari 20 pasien pada 2015.

Multiple Myeloma sendiri jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Normalnya, sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melawan virus dan bakteri. Namun pada kondisi ini, sel plasma yang abnormal atau sel myeloma tumbuh berlebihan dan menghasilkan antibodi yang tidak efektif.

Sel abnormal tersebut menekan produksi sel darah sehat dan menyerang berbagai area sumsum tulang, seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, hingga tulang rusuk. Akibatnya, pasien berisiko mengalami kerusakan tulang, patah tulang, hingga peningkatan kadar kalsium dalam darah.

Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, Ikhwan Rinaldi, menyebut beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan seseorang terkena Multiple Myeloma, antara lain:

• Usia lanjut

• Riwayat keluarga

• Jenis kelamin laki-laki

• Paparan radiasi atau bahan kimia

• Berat badan berlebih

• Riwayat kelainan sel plasma

"Penyakit ini menyerang area tubuh di mana sumsum tulang aktif, seperti tulang belakang, panggul, atau bahu. Dampaknya bisa berupa kerusakan tulang, anemia, infeksi berulang, hingga gangguan ginjal," jelas Ikhwan dalam talkshow peringatan Bulan Kesadaran Kanker Darah yang digagas Takeda, Rabu (11/9).

Gejala Multiple Myeloma sering kali tidak spesifik. Pasien bisa mengalami nyeri tulang, kelelahan, atau infeksi berulang, gejala yang mudah dikira sebagai penyakit biasa.

"Sayangnya, banyak pasien baru terdiagnosis saat sudah stadium lanjut, ketika organ tubuh mengalami kerusakan. Literasi masyarakat Indonesia terhadap penyakit ini masih sangat rendah," ujar Ikhwan.

Saat ini, pasien Multiple Myeloma di Indonesia memiliki berbagai pilihan terapi. Penanganan dapat dilakukan dengan kemoterapi, kortikosteroid, imunomodulator, hingga terapi target seperti proteasome inhibitor yang lebih modern.

Namun, ketersediaan terapi tidak serta-merta menjamin keberhasilan pengobatan jika pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. Gejala yang kerap samar membuat banyak orang baru mengetahui penyakitnya setelah terjadi kerusakan organ.

Dengan kata lain, secanggih apa pun pilihan terapi yang tersedia tidak akan maksimal tanpa pemahaman dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit ini. Deteksi dini tetap menjadi kunci utama agar pasien dapat mempertahankan kualitas hidup.

"Kesadaran masyarakat untuk lebih peka terhadap gejala dan segera memeriksakan diri jauh lebih penting. Semakin cepat diagnosis ditegakkan, semakin besar peluang pasien untuk ditangani dengan baik," jelas Ikhwan.

(tis/tis)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER