Seorang balita asal Sukabumi, Jawa Barat bernama Raya (4) meninggal dunia usai tubuhnya dipenuhi ribuan cacing.
Peristiwa ini mencuri perhatian banyak masyarakat. Dari peristiwa ini, kita belajar tentang pentingnya kebersihan dan sanitasi lingkungan.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syamsudin, Sukabumi menjelaskan kronologi peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raya dibawa ke instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Syamsudin pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB.
"Kondisinya sudah tidak sadar dan ketika dikonfirmasi kapan tidak sadarnya, sudah satu hari yang lalu. Berarti tanggal 12 [Juli]. Datang ke kami kondisinya sudah berat," ujar Humas RSUD Syamsudin, Irfan, mengutip detiknews.
Dari sana, pihak rumah sakit langsung melakukan pemeriksaan lengkap. Tekanan darah Raya kala itu sudah menurun.
Selama masa observasi, pihak rumah sakit baru mengetahui bahwa salah satu orang tua Raya sedang menjalani pengobatan TBC. Mulanya, pihak rumah sakit menduga penurunan kesadaran yang dialami Raya terjadi karena TBC.
Tapi, perlahan ditemukan cacing yang keluar dari hidungnya.
"Ketika ada cacing, kita jadi berpikir lain. Ini enggak sadarnya karena infeksi cacing tadi yang biasanya sudah menyebar ke otak kalau sudah parah," ujar Irfan.
Raya kemudian dirujuk ke ruang PICU untuk perawatan intensif. Dari pemeriksaan lanjutan, Raya didiagnosis askariasis, penyakit infeksi cacing gelang.
"Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ, bahkan otak," jelas Irfan.
![]() |
Lingkungan tempat tinggal Raya diduga menambah risiko infeksi. Raya tinggal di rumah panggung dengan tanah terbuka di bagian bawah.
"Sepertinya pasien sering bermain tanah tanpa alas kaki. Itu memperbesar risiko infeksi," ujar dia.
Sebelum dibawa ke rumah sakit, Raya juga disebut masih bermain bersama teman sebayanya. Hal ini diungkapkan oleh bibi korban, Sarah.
"Hari Jumat masih main, hari Sabtu dibawa berobat katanya paru-paru, hari Minggu dibawa ke klinik lagi, lalu ke dokter anak," ujarnya.
Hanya saja, kondisinya semakin memburuk dalam hitungan hari. Tanggal 13 Juli, Raya pun dirujuk dalam kondisi yang sudah lemah.
Sang ibu, Endah, mengaku belum pernah membawa putri bungsunya ke puskesmas. Selama sakit, Raya hanya diobati dengan cara tradisional.
"Kalau sakit biasanya dimandikan air hangat atau pakai daun singkong. Baru tahu belakangan katanya ada cacing besar di perutnya," ujar Endah.
Sebelum sakit pun, Raya juga terpantau telah menderita gizi buruk. Berdasarkan pemeriksaan bidan setempat, berat badan Raya selalu berada di bawah garis merah di Kartu Menuju Sehat.
(asr/asr)