Sepele tapi Berbahaya, Kebiasaan Ngupil Berpotensi Rusak Otak

CNN Indonesia
Jumat, 15 Agu 2025 09:15 WIB
Sebuah penelitian mengungkap kaitan antara kebiasaan ngupil dengan penyakit otak serius seperti Alzheimer.
Ilustrasi. Studi menemukan ada potensi bahaya mengupil terhadap kesehatan otak. (Seva Levitsky/Freepik)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ngupil mungkin terdengar seperti kebiasaan kecil yang tidak berbahaya. Namun, sebuah penelitian mengungkap kemungkinan antara kebiasaan ini dengan penyakit otak serius seperti Alzheimer.

Riset yang dipublikasikan pada 2022 oleh tim ilmuwan dari Griffith University, Australia, menemukan bahwa saat seseorang ngupil hingga melukai jaringan dalam hidung, bakteri tertentu dapat memiliki jalur lebih mudah menuju otak.

Mekanisme ini diamati pada tikus, dan respon otak yang terjadi mirip dengan tanda-tanda awal penyakit Alzheimer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bakteri yang dimaksud adalah Chlamydia pneumoniae, yang dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan pneumonia. Menariknya, bakteri ini juga ditemukan pada sebagian besar otak manusia yang mengalami demensia tahap lanjut.

Dalam percobaan, para peneliti menunjukkan bahwa pada tikus, bakteri ini mampu menjalar melalui saraf olfaktori, saluran yang menghubungkan rongga hidung dengan otak. Ketika jaringan tipis di atap rongga hidung (epitel nasal) mengalami kerusakan, infeksi saraf menjadi lebih parah.

Kerusakan tersebut memicu otak tikus memproduksi lebih banyak protein amyloid-beta. Protein ini umumnya dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi, dan gumpalannya kerap ditemukan dalam jumlah tinggi pada otak penderita Alzheimer.

"Kami adalah pihak pertama yang menunjukkan bahwa Chlamydia pneumoniae dapat langsung masuk ke otak melalui hidung dan memicu patologi mirip Alzheimer," kata James St John, ahli saraf dari Griffith University, saat studi tersebut dirilis mengutip Science Alert.

"Kami melihat ini pada model tikus, dan buktinya cukup mengkhawatirkan jika hal yang sama terjadi pada manusia."

Hal yang membuat para ilmuwan terkejut adalah kecepatan bakteri menginfeksi sistem saraf pusat tikus, yakni hanya dalam 24 hingga 72 jam. Menurut St John, hidung bisa menjadi jalur cepat bagi bakteri dan virus untuk mencapai otak.

Potensi bahaya mengupil

Meski belum terbukti efeknya sama pada manusia, temuan ini dianggap sebagai petunjuk penting dalam memahami Alzheimer, penyakit neurodegeneratif yang penyebab pastinya masih misterius.

"Kami perlu melakukan penelitian pada manusia untuk memastikan apakah jalur ini bekerja dengan cara yang sama," ujar St John.

"Bakteri ini memang ada pada manusia, tetapi kami belum mengetahui bagaimana cara mereka sampai ke otak."

Ilustrasi cedera otak/Foto: Getty Images/NikadaIlustrasi. Belum ada bukti bahwa ngupil dapat merusak otak manusia. Namun temuan ini memberikan petunjuk penting dalam memahami penyakit Alzheimer. (Getty Images/Nikada)

Fakta lain yang perlu diingat, ngupil bukanlah kebiasaan langka. Diperkirakan sembilan dari sepuluh orang melakukannya, bahkan beberapa spesies hewan pun melakukannya.

Akan tetapi, para peneliti menyarankan agar menghindari ngupil atau mencabut bulu hidung, demi mencegah kerusakan jaringan pelindung hidung.

Alzheimer sendiri adalah penyakit yang sangat kompleks, dan faktor risikonya tidak hanya usia di atas 65 tahun. Paparan lingkungan, termasuk infeksi bakteri dan virus, diyakini turut berperan mengembangkan penyakit ini.

"Bakteri dan virus kemungkinan punya peran penting," kata St John. "Karena itu, menjaga kesehatan hidung bisa menjadi langkah sederhana untuk melindungi otak," tutupnya.

(tis/els)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER