Perhiasan bukan sekadar pemanis penampilan. Di tangan aktris sekaligus pendiri Tulola, Happy Salma, perhiasan menjelma sebagai ruang tafsir yang menggugah.
Melalui instalasi 'Kawan Nusantara' bertajuk Identitas, ia menegaskan bahwa kemilau logam dan batu permata bisa menjadi medium reflektif tentang jati diri, warisan, hingga makna kebebasan.
Salah satu karya paling mencuri perhatian dalam koleksi tersebut adalah kalung bertuliskan kutipan ikonik dari Pramoedya Ananta Toer: "Aku ingin menjadi manusia bebas."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kutipan dari novel Anak Semua Bangsa itu dipilih bukan semata karena popularitasnya, tetapi karena resonansi makna yang dalam tentang pencarian diri.
"Kebebasan itu adalah hal yang paling diimpikan semua orang. Tapi biasanya seseorang akan mendapatkan kebebasan apabila dia telah menyelesaikan kewajibannya," ujar Happy Salma saat ditemui di sela acara 'Tulola: Kawan Nusantara' di Jakarta, Kamis (31/7)
Kutipan tersebut menjadi inti dari babak berjudul 'Dunia Baru', satu dari empat bagian dalam koleksi Identitas. Setiap babak merepresentasikan fase penting dalam perjalanan pembentukan identitas manusia: Warisan, Komunitas, Dunia Baru, dan Legacy.
Babak 'Warisan' menyoroti akar dan tempat manusia bertumbuh. Motif flora dan fauna digunakan untuk melambangkan keterikatan dengan alam serta nilai-nilai yang diwariskan lintas generasi.
Sementara itu, 'Komunitas' menjadi metafora hubungan sosial yang membentuk seseorang, dihadirkan melalui motif anyaman yang menggambarkan jalinan erat antarmanusia.
Memasuki 'Dunia Baru', narasi berpindah ke fase pembebasan diri. Di sinilah kutipan Pram menjadi simbol transisi menuju kemerdekaan batin, setelah seseorang berdamai dengan masa lalu dan lingkungannya.
![]() |
Terakhir, 'Legacy' menjadi bab penutup, merepresentasikan harapan yang ingin diwariskan. Babak ini diwujudkan dalam bentuk tas berhias batu kristal, sarat makna dan elegan.
Setiap detail dalam koleksi ini menyimpan cerita, menjadikan perhiasan tak sekadar benda hias, melainkan penanda perjalanan, simbol kebijaksanaan, dan cermin nilai-nilai yang ingin dijaga.
"Semoga siapa pun yang hadir di sini bisa menyelami makna terdalam jati diri, identitas diri seutuhnya," kata Happy Salma.
(tis/asr)