Cerita di Balik Seragam Petugas KAI, Jauh dari Rumah di Tanggal Merah

CNN Indonesia
Sabtu, 27 Des 2025 08:50 WIB
Saat sebagian besar masyarakat menikmati libur untuk merayakan Natal 2025 dan menyambut Tahun Baru 2026, petugas KAI tetap masuk untuk melayani penumpang.
Saat sebagian besar masyarakat menikmati libur untuk merayakan Natal 2025 dan menyambut Tahun Baru 2026, petugas KAI tetap masuk untuk melayani penumpang. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN).
Jakarta, CNN Indonesia --

Di tengah riuh penumpang yang bergegas pulang kampung untuk menikmati libur panjang, suasana Stasiun Pasar Senen tak pernah benar-benar lengang.

Saat koper berlalu lalang dan antrean penumpang mengular, ada wajah-wajah berseragam yang justru tak ikut pulang.

Mereka bertugas saat sebagian besar masyarakat menikmati libur panjang, merayakan Natal 2025 dan menyambut Tahun Baru 2026 bersama keluarga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Leno Yusandri, Kepala UPT Stasiun Besar A Pasar Senen, pemandangan itu sudah menjadi bagian hidupnya selama 24 tahun mengabdi di PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Sejak bergabung pada 2001, sebagian besar kariernya dihabiskan di jalur operasional, bidang yang paling sibuk justru ketika hari libur tiba.

"Kalau sudah masuk masa posko, memang ada yang harus dikorbankan. Keluarga, waktu, tenaga, bahkan pikiran," ujar Leno kepada CNNIndonesia.com.

Masa posko, termasuk Natal dan Tahun Baru (Nataru), menjadi salah satu periode paling padat di akhir tahun. Saat masyarakat berlibur, petugas KAI justru berdinas penuh. Kesempatan libur baru datang setelah arus penumpang mereda dan aktivitas kembali normal.

"Ketika masyarakat mulai masuk kerja, sekolah sudah mulai masuk, kita baru yang libur. Gantian. Suka-dukanya ya di situ," kata dia.

Sebagian besar masa kerjanya, sekitar 80 persen dihabiskan untuk melayani periode-posko seperti ini. Pernah sesekali bertugas di unit kantor dengan ritme administratif dan akhir pekan libur, namun dunia operasional stasiun tetap menjadi tempatnya kembali.

Leno tinggal berjauhan dengan keluarga yang berada di Subang, Jawa Barat. Istrinya sudah memahami konsekuensi sejak awal menikah dengan pegawai kereta api. Namun, waktu tetap berjalan dan anak-anak tumbuh dengan pertanyaan yang semakin kritis.

"Anak-anak mulai tanya, kok setiap liburan kita jarang bareng. Ke mana sih, Pak?" tuturnya.

Protes itu tak dihindari. Leno memilih menjelaskan perlahan bahwa tugasnya adalah melayani masyarakat. Janji bertemu keluarga pun ditebus di waktu lain, ketika libur akhirnya datang.

Kerinduan paling besar baginya sederhana, berkumpul bersama keluarga. Menurut Leno, pertemuan dengan anak-anak justru menjadi sumber energi yang menghapus lelah.

"Selelah-lelahnya kita kerja, ketemu keluarga itu sudah hilang capeknya. Beda kalau di sini (di tempat penugasan), pulang kerja maunya tidur. Tapi kalau ketemu anak, saya nggak pernah tidur," ujarnya sambil tersenyum.

Natal dan Tahun Baru di Peron Stasiun

Cerita serupa datang dari Imanuel Setya Budi Harwanto, Asisten Manajer Eksternal UPT Stasiun Besar A Pasar Senen. Meski sebagai umat Kristiani, sejak bergabung dengan KAI pada 2009, ia mengaku hampir tak pernah merasakan libur Natal dan Tahun Baru bersama keluarga secara utuh.

Keluarganya bermukim di Yogyakarta. Awal penempatan di kota itu masih memberinya kesempatan mengikuti ibadah malam Natal bersama keluarga.

Namun, setelah berpindah ke Madiun, Palembang, hingga akhirnya Jakarta, momen Natal dan Tahun Baru lebih sering dilewati jauh dari rumah.

"Anak-anak pasti protes. Mereka bilang, aku libur kok Papa nggak libur," ujar Imanuel.

Ia pun memberi pemahaman sejak dini. Liburan diganti dengan pulang ke rumah orang tua atau bertemu keluarga besar di waktu lain. Sejak awal bergabung, ia sudah menandatangani kesediaan ditempatkan di mana saja, sebuah konsekuensi yang diterima dengan sadar.

Meski demikian, ada momen yang tetap dirindukan setiap akhir tahun.

"Ke gereja bareng anak, istri, dan orang tua. Setelah misa malam Natal, biasanya cari bakmi Jawa, makan bareng," ujarnya.

Lelah yang Terbayar

Di Stasiun Pasar Senen, tantangan masa posko bukan hanya lonjakan penumpang. Kunjungan pejabat negara dan daerah juga menjadi bagian dari rutinitas yang menguras energi. Persiapan harus dilakukan sejak jauh hari, memastikan pelayanan berjalan tanpa cela.

Namun, baik Leno maupun Imanuel sepakat, kelelahan itu terbayar ketika pelayanan berjalan lancar dan penumpang terbantu.

"Ada kepuasan sendiri saat kita membantu masyarakat, memberi informasi, memastikan perjalanan mereka aman dan nyaman," ujar Imanuel.

Di balik seragam dan wajah lelah di peron stasiun, ada cerita tentang keluarga yang menunggu, anak-anak yang belajar memahami, dan pengabdian yang terus dijalani. Saat penumpang pulang kampung, mereka memilih tetap tinggal, menjaga roda transportasi tetap berputar, agar jutaan orang bisa sampai ke rumah dengan selamat.

"Menjaga posko kadang tak semenyedihkan itu, ada teman-teman yang seru di lapangan dan ada kepuasan ketika saya berdinas menjaga posko bisa memberikan pelayanan maksimal ke masyarakat, seperti informasi pemesanan tiket dan sebagainya," ucap Imanuel dengan bangga.

[Gambas:Video CNN]

(ldy/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER