Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyebut ekonomi Indonesia awal tahun ini melambat karena salah urus.
Perlambatan ekonomi, menurut Purbaya, terjadi pada Januari 2025 hingga Agustus 2025. Sementara itu, dirinya baru dilantik Presiden Prabowo Subianto sebagai menteri keuangan pengganti Sri Mulyani pada 8 September 2025.
"Jadi, kalau dilihat dari sini sih perlambatan ekonomi kita sepanjang mungkin delapan bulan pertama tahun ini bukan karena global saja. Mungkin bukan karena global, mungkin karena salah urus di dalam yang sudah kita perbaiki," kata Purbaya dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (27/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Purbaya lalu membedah data pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari komponen pengeluaran, salah satunya konsumsi pemerintah. Ia mencatat belanja pemerintah kontraksi pada dua kuartal, yaitu -1,37 persen di kuartal I 2025 dan -0,33 persen di kuartal II 2025.
Pada akhirnya, ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 memang hanya sanggup tumbuh 4,87 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kemudian naik ke 5,12 persen year on year (yoy) pada kuartal berikutnya dan tumbuh 5,04 persen secara tahunan.
"Kuartal III (2025) sekarang tumbuh positif 5,5 persen. Jadi, di dua kuartal pertama tahun ini pemerintah belanjanya lambat sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi kita," tutur Menkeu Purbaya.
"Ini kita perbaiki dan ke depan saya pastikan di kuartal I tahun depan (2026) kita akan tumbuh terus (konsumsi pemerintah). Kita akan cegah belanja yang terlambat dari pemerintah sehingga dorongan ke ekonominya akan tetap kuat," janji sang menteri.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara lalu menjelaskan mengapa belanja kementerian/lembaga (K/L) lambat pada awal 2025. Ia menyinggung Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 terkait efisiensi anggaran.
"Di mana dilakukan efisiensi dan pencadangan yang kita lakukan pada Februari (2025). Dan karena itu baru mulai Maret kita melakukan pemblokiran anggaran, mulai April dibuka, relokasi, dan yang lainnya. Sehingga belanja barang, terutama, baru mulai April-Mei, terus meningkat Juli, Agustus, September, Oktober," jelas Suahasil.
"Kita mendorong setiap K/L untuk menyelesaikan belanja barang sesuai anggarannya sehingga bisa menjadi efek positif bagi pertumbuhan. Pola belanja ini seperti biasa Oktober, November, Desember akan tinggi," imbuhnya.
(skt/dhf)