Harga minyak kembali menguat pada Kamis (20/11), setelah pada sesi sebelumnya turun hampir 2 persen, di tengah penilaian pasar terhadap proposal terbaru Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Selain itu, mendekatnya tenggat penghentian operasi dua perusahaan minyak besar Rusia, yakni Rosneft dan Lukoil ikut mendorong harga minyak.
Mengutip Reuters, harga minyak Brent crude futures naik 21 sen atau 0,33 persen menjadi US$63,72 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 24 sen atau 0,40 persen ke posisi US$59,68 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan ini terjadi setelah sebuah laporan menyebut AS telah memberi sinyal kepada Ukraina untuk menerima kerangka kerja rancangan Washington guna mengakhiri perang, yang mencakup pelepasan sebagian wilayah dan sejumlah senjata.
Upaya diplomatik tersebut berlangsung bersamaan dengan langkah sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil, dua produsen serta eksportir minyak terbesar Rusia.
Tenggat waktu penghentian operasi dengan kedua perusahaan itu berakhir pada 21 November 2025.
Di sisi lain, Rosneft dilaporkan telah memangkas kepemilikannya di Kurdistan Pipeline Company, operator jalur pipa utama ekspor minyak di Kurdistan Irak menjadi di bawah 50 persen.
Langkah ini dilakukan untuk melindungi entitas ekspor minyak tersebut dari dampak sanksi AS.
"Kami menilai harga minyak masih berpotensi bullish selama tetap berada di atas level terendah sepanjang tahun, yakni sekitar US$55," ujar analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam sebuah catatan.
(ldy)