Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) menilai target nol kasus keracunan atau zero accident dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) mustahil.
Hal itu disampaikan saat menjawab pertanyaan mengenai peluang menekan kasus keracunan pangan hingga titik nol.
"Untuk sampai nol saya kira mustahil di mana pun, tapi kami berharap kalau bisa aman kan begitu," ujar Kepala Divisi Ilmiah, Kebijakan, Penelitian dan Inovasi Persagi Marudut Sitompul di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Rabu (19/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai meskipun berbagai langkah pengawasan telah dilakukan, risiko keracunan tidak bisa dihapuskan sepenuhnya dalam program dengan skala besar seperti MBG.
Lihat Juga : |
Konteks mengenai target zero accident sebelumnya disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam sebuah pengarahan. Sang Kepala Negara meminta seluruh pihak yang terlibat di MBG bekerja lebih teliti dan cermat agar kejadian keracunan dapat ditekan.
Marudut kemudian menjelaskan langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi risiko keracunan. Ia menyebut setiap dapur umum MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah diwajibkan memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitas (SLHS).
Tenaga pengolah pangan juga dilatih dan diperiksa kesehatannya, termasuk pengecekan status food carrier, yaitu kondisi ketika seseorang tampak sehat, tetapi membawa bibit penyakit.
Selain itu, proses penerimaan bahan makanan diperketat melalui pengecekan mutu sebelum bahan diolah. Marudut mengatakan seluruh prosedur tersebut pada akhirnya mengarah pada penerapan sistem Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP).
"Kita akan menerapkan hazard analysis and critical control points. Dibuat dulu dokumen plan-nya, perencanaan HACCP-nya, berikutnya implementasi, dan sesudah implementasi nanti berikutnya itu kita audit apa yang sudah dilakukan. Dan itu sudah menjadi satu pemikiran pada tatanan kebijakan," ujar Marudut.
Ia menyebut penerapan HACCP dapat memperkuat keamanan pangan, tapi tetap tidak menjamin risiko nol insiden. Menurutnya, pendekatan yang paling realistis adalah menjaga agar operasional semakin aman seiring perbaikan sistem pengawasan.
Kepala BGN Dadan Hindayana sebelumnya melaporkan 11.640 penerima manfaat mengalami keracunan terkait MBG hingga November 2025, berasal dari 211 kejadian dari total 441 kasus keracunan pangan nasional. Sebanyak 636 korban menjalani rawat inap dan lebih dari 11 ribu lainnya dirawat jalan.
Program MBG telah memproduksi 1,8 miliar porsi makanan sejak Januari hingga November 2025, dan sebagian besar pelaksanaannya dinilai berjalan baik.
(del/dhf)