Harga minyak mentah dunia melemah pada Rabu (5/11), mengikuti koreksi tajam di pasar keuangan global.
Kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi, diperburuk oleh penguatan dolar AS serta laporan kenaikan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS), turut menekan harga.
Melansir Reuters, harga minyak kontrak berjangka Brent turun 36 sen atau 0,56 persen ke level US$64,08 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot 40 sen atau 0,66 persen menjadi US$60,16 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua acuan harga itu memperpanjang tren penurunan dari perdagangan hari sebelumnya.
Penurunan harga minyak terjadi seiring kejatuhan pasar saham global. Pasar saham Asia terbakar, menyusul penurunan tajam di Wall Street akibat kekhawatiran valuasi saham teknologi, terutama perusahaan yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI), dinilai terlalu tinggi.
Sikap investor yang menghindari risiko (risk-off) mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
"Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah karena sentimen risiko berubah tajam negatif, mendorong dolar AS sebagai aset aman, dan keduanya membebani harga minyak," kata analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam catatan riset.
Selain itu, laporan American Petroleum Institute (API) turut memperparah tekanan harga. Menurut sumber pasar yang mengutip data API, stok minyak mentah AS naik 6,52 juta barel pada pekan terakhir bulan lalu. Kenaikan stok tersebut menandakan potensi melemahnya permintaan di konsumen terbesar dunia.
Di sisi pasokan, faktor fundamental masih menjadi perhatian. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya atau OPEC+ pada Minggu (2/11) lalu sepakat menaikkan produksi sebesar 137 ribu barel per hari mulai Desember.
Aliansi produsen minyak itu juga memutuskan untuk menghentikan rencana peningkatan pasokan lebih lanjut pada kuartal I-2026. Namun, analis LSEG menilai jeda tersebut kecil kemungkinan dapat memberikan dukungan berarti bagi pergerakan harga pada November dan Desember.
Meski begitu, kenaikan produksi OPEC bulan Oktober terlihat terbatas. Organisasi itu hanya menambah sekitar 30 ribu barel per hari dibanding bulan sebelumnya, karena penurunan output di Nigeria, Libya, dan Venezuela menahan kenaikan yang sebelumnya direncanakan dalam kesepakatan OPEC+.
(del/pta)