EDUKASI KEUANGAN

Tips Bijak Pakai Paylater Agar Tak Jor-joran Jajan dan Terlilit Utang

Dela Naufalia Fitriyani | CNN Indonesia
Sabtu, 11 Okt 2025 09:10 WIB
Tanpa perhitungan matang, paylater bisa berubah menjadi jebakan yang menumpuk cicilan utang dan menggerus keuangan pribadi.
Tanpa perhitungan matang, paylater bisa berubah menjadi jebakan yang menumpuk cicilan utang dan menggerus keuangan pribadi. (Foto: iStockphoto/B4LLS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kemudahan berbelanja tanpa harus membayar langsung membuat layanan paylater kian digemari. Hanya dengan beberapa ketukan di layar ponsel, siapa pun bisa membeli barang impian dan mencicil pembayarannya di kemudian hari.

Namun di balik kemudahannya, paylater tetaplah utang yang menuntut kedisiplinan finansial. Tanpa perhitungan matang, fasilitas ini bisa berubah menjadi jebakan yang menumpuk cicilan dan menggerus keuangan pribadi.

Sejumlah perencana keuangan menilai penggunaan paylater tidak harus dihindari, tetapi perlu dipahami batasnya agar tetap sehat secara finansial. Pengguna yang cermat dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk tujuan produktif atau kebutuhan mendesak, selama tidak melewati kemampuan membayar dan tetap menjaga keseimbangan keuangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho mengatakan kunci utama dalam menggunakan paylater adalah manajemen utang yang baik. Ia menyarankan agar total cicilan utang setiap bulan tidak melebihi 30 persen dari total pengeluaran.

Jika angka cicilan sudah mendekati atau melampaui batas itu, maka sebaiknya hentikan dulu membuat utang baru hingga sebagian lunas.

"Gunakan paylater hanya untuk kebutuhan yang bersifat penting dan wajib serta memiliki urgensitas yang tinggi, jadi bukan hanya sekadar memenuhi keinginan semata," kata Andi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (10/10).

Andi menilai paylater sebenarnya tidak harus dihindari sepenuhnya. Dalam kondisi darurat, layanan ini justru bisa membantu, misalnya ketika seseorang perlu membeli laptop yang hilang atau rusak padahal digunakan untuk bekerja atau kuliah, atau mengganti ponsel yang dibutuhkan untuk aktivitas pekerjaan.

Menurutnya, selama pengguna memahami kemampuan finansial dan tujuannya jelas, penggunaan paylater masih tergolong wajar dan sehat secara finansial.

Kendati demikian, kemudahan sistem pembayaran sering kali membuat seseorang lengah dan tergoda untuk berbelanja lebih banyak. Karena itu, Andi mengingatkan agar pengguna juga memahami skema pinjaman yang ditawarkan, mulai dari bunga, denda jika terjadi tunggakan, hingga tenor pembayaran, sebelum memutuskan menggunakan fasilitas tersebut.

Lihat Juga :

"Pelajari dan pahami skema hutang yang diberikan, termasuk di dalamnya bunga yang dikenakan, denda bila terjadi tunggakan, dan tenor yang diberikan," ujarnya.

Perencana Keuangan OneShildt Consulting Budi Rahardjo mengatakan hal paling mendasar dalam penggunaan paylater adalah memahami tujuan dari penggunaannya terlebih dahulu, apakah untuk konsumsi atau kegiatan produktif.

"Harus ada dampak positif kepada finansial kita jika kita menggunakannya," ujar Budi.

Ia menambahkan kemampuan bayar juga harus dihitung dengan cermat agar cicilan tidak mengganggu kebutuhan pokok dan rencana keuangan lain seperti tabungan serta investasi. Sebagai pedoman, nilai cicilan sebaiknya berada di kisaran 15 persen-35 persen dari pendapatan rutin.

Selain itu, Budi mengingatkan pentingnya memperhatikan legalitas penyedia layanan. Hanya gunakan fasilitas yang resmi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar pengguna terlindungi dari risiko hukum maupun penipuan.

Ia juga menekankan perlunya dana darurat dan proteksi keuangan untuk mengantisipasi kondisi tak terduga yang bisa mengganggu kemampuan bayar.

Menurut Budi, penggunaan paylater masih diperbolehkan selama dilakukan dengan tujuan jelas dan kemampuan membayar mencukupi.

"Selama mendapatkan manfaat entah itu penghematan atau efisiensi, maka sah saja menggunakannya. Yang tidak diperkenankan adalah berutang karena kepepet karena masalah ekonomi," ucapnya.

Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tidak terjebak pada jebakan promosi dan potongan harga yang kerap ditawarkan.

Paylater bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan produktif seperti modal usaha atau pembelian barang yang benar-benar diperlukan. Sementara untuk penggunaan konsumtif, sebaiknya hanya dilakukan jika ada promo yang menguntungkan dan sesuai kemampuan finansial.

Budi menambahkan salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah mengambil cicilan baru sebelum cicilan lama lunas. Menurutnya, hal itu justru memperbesar risiko keuangan pribadi.

"Tahu batasan cicilan yang sehat, tidak gegabah dan impulsif. Jika ada cicilan yang belum usai, jangan memaksakan mengambil cicilan baru," katanya.

[Gambas:Video CNN]

(pta/bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER