Upaya PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) dalam mengadopsi metode batch drilling di lapangan migas Adera, Sumatera Selatan, membuahkan hasil menggembirakan.
Inovasi pengeboran berkelompok ini berhasil meningkatkan efisiensi dan menggandakan produksi migas Pertamina, dengan realisasi mencapai 3.388 barel minyak per hari (BOPD), jauh melampaui target awal 1.200 BOPD.
Drilling Superintendent Zona 4 PDSI Ernez Febriant menjelaskan keberhasilan ini merupakan puncak dari proses panjang yang dimulai sejak dua tahun lalu. Proyek tersebut pertama kali diinisiasi pada Februari 2023 dan resmi berjalan pada April 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah, endurance kita mulai di April sampai saat ini di Oktober. Dari kelima sumur, empat sudah selesai dan satu lagi sedang dalam tahap produksi," ujar Ernez dalam media briefing di wilayah kerja Pertamina EP Adera Field, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Rabu (8/10).
Menurut Ernez, penerapan batch drilling di PEP Adera Field menjadi milestone penting bagi Zona 4.
Berbeda dari metode konvensional, batch drilling memungkinkan beberapa sumur dibor dari satu lokasi (wellpad) secara berurutan, tanpa perlu membongkar dan mendirikan ulang rig setiap kali berganti titik pengeboran.
"Rig PDSI 41.3 yang kami gunakan memiliki kemampuan walking job atau sequence walking. Tidak semua rig darat bisa melakukan hal ini. Di Indonesia saja, mungkin masih bisa dihitung jari," jelasnya.
Teknologi ini memungkinkan rig tetap tegak dan hanya bergerak secara horizontal dari satu sumur ke sumur lain. Dengan cara tersebut, satu rig dapat mengebor hingga lima sumur sekaligus dalam satu siklus kerja, mulai dari pengeboran awal hingga mencapai pay zone atau zona target produksi.
"Dengan kedalaman rata-rata 2.600 meter, kami berhasil menyelesaikan empat dari lima sumur, dan hasil produksinya melampaui target awal. Saat ini total produksi kami sekitar 3.300 barel per hari," tambah Ernez.
Lebih lanjut, proyek ini juga memberikan efisiensi biaya yang signifikan. Setiap sumur memerlukan investasi sekitar US$6,5 juta atau setara Rp107,7 miliar, namun metode batch drilling mampu menekan pengeluaran hingga 15 persen dari total biaya pengeboran.
"Semakin banyak sumur, semakin besar potensi penghematan yang bisa dicapai," tutur Ernez.
Fakta lapangan menunjukkan penerapan batch drilling onshore di PHR Regional 1 Sumatra tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga mempercepat waktu pengeboran hingga 66 hari lebih efisien dibanding metode konvensional.
Dengan efisiensi waktu tersebut, lebih banyak sumur dapat dibor dalam periode yang sama, memperkuat nilai keekonomian proyek.
Selain efisiensi teknis, metode ini juga berdampak positif terhadap lingkungan dan operasional. Aktivitas alat berat menjadi lebih sedikit, kebutuhan air permukaan berkurang, dan pengelolaan limbah pengeboran di area berdekatan menjadi lebih efektif.
Lapangan Benuang, tempat penerapan teknologi ini, berlokasi sekitar 25 kilometer di barat laut Kota Prabumulih, Sumatera Selatan.
Lapangan tersebut telah berproduksi sejak 1941 dan dikenal sebagai penghasil gas kondensat serta minyak ringan dari formasi Pratalang.
Dengan keberhasilan batch drilling di Adera Field, Pertamina kini menatap peluang untuk memperluas metode ini ke wilayah kerja lain.
Penerapan inovasi ini menunjukkan bahwa efisiensi operasional dan peningkatan produksi bisa berjalan seiring, sekaligus memperkuat langkah menuju ketahanan energi nasional.
(del/dhf)