Bos Danantara Jajaki Masalah Utang Whoosh, Masuk Rencana Kerja 2025

CNN Indonesia
Jumat, 22 Agu 2025 18:16 WIB
Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mengungkapkan persoalan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh sedang dalam tahap penjajakan.
Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mengungkapkan persoalan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh sedang dalam tahap penjajakan. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD RAMDAN).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mengungkapkan persoalan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh sedang dalam tahap penjajakan dan masuk ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025.

Isu ini mengemuka usai DPR menyoroti kerugian besar yang dialami konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), di mana PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menjadi pemegang saham mayoritas melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria mengatakan pembahasan mengenai utang Whoosh sudah dimasukkan ke dalam rencana kerja tahunan badan investasi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini sedang dijajaki, sedang kita lakukan penjajakan. Tentu akan kita bereskan proses itu, sebagaimana tadi, kemarin kan juga Dirut KAI sudah menyampaikan di DPR ya. Akan kita selesaikan segera, dan termasuk ke dalam RKAP kita tahun ini ya," ujarnya di Smesco Convention Hall, Jakarta Selatan, Jumat (22/8).

Dony pun membenarkan koordinasi dengan KAI sudah dilakukan. Ia menyebut pertemuan dengan Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin telah berlangsung.

"Sudah, sudah (bertemu Dirut KAI)," ujarnya singkat.

Sebelumnya, Komisi VI DPR RI menyoroti beban kerugian yang ditanggung KAI sebagai bagian dari konsorsium KCIC. Anggota Komisi VI DPR Hasani Bin Zuber menyebut kerugian proyek ini mencapai Rp1,6 triliun pada semester I-2025, sementara sepanjang 2024 nilainya mencapai Rp2,69 triliun.

Ia mempertanyakan strategi KAI untuk menekan kerugian operasional dan mempercepat pencapaian titik impas.

Anggota Komisi VI lainnya, Darmadi Durianto, menilai potensi beban keuangan yang ditanggung KAI bisa lebih besar dari yang tercatat saat ini. Dengan porsi kepemilikan 58 persen saham PSBI, yang menguasai 60 persen KCIC, ia memperkirakan kerugian yang harus ditanggung KAI dapat menembus Rp4 triliun lebih pada 2025.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin menyatakan akan mendalami penyebab kerugian KCIC sekaligus mencari solusi bersama Danantara.

Ia menyebut dalam waktu dekat pihaknya berkomitmen memahami seluruh persoalan yang terjadi di tubuh KAI maupun KCIC.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Andre Rosiade juga mendorong agar koordinasi KAI dengan Danantara diperkuat.

Menurutnya, dalam RKAP 2025, perusahaan sudah menyiapkan langkah penyelesaian terkait masalah keuangan KCIC, sehingga perlu segera dibicarakan dengan jajaran direksi KAI.

[Gambas:Video CNN]

(del/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER