Presiden Prabowo Subianto menargetkan semua pembangkit listrik di Indonesia memakai energi baru terbarukan (EBT) atau energi hijau dalam waktu 10 tahun ke depan.
Prabowo berniat menjadikan Indonesia pelopor energi bersih dunia. Ia mendorong pembangkit-pembangkit listrik menggunakan tenaga surya, hidro, panas bumi, dan bioenergi.
"Kita harus capai 100 persen pembangkitan listrik dari energi baru dan terbarukan dalam waktu 10 tahun atau lebih cepat," kata Prabowo pada Pidato Presiden dalam Rangka Penyampaian RAPBN 2026 dan Nota Keuangan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prabowo mengatakan negara-negara di dunia menargetkan hal itu terwujud 2060. Ia yakin Indonesia bisa melakukannya lebih cepat.
Ia memastikan APBN 2026 mendukung langkah transformasi energi. Selain itu, APBN 2026 dipastikan mendukung ketahanan energi melalui subsidi, insentif perpajakan, hingga pengembangan EBT.
"Dukungan fiskal pemerintah, yaitu Rp 402,4 triliun untuk pertahanan energi," ujarnya.
Sebelumnya, Prabowo telah meresmikan sejumlah proyek EBT. Salah satunya proyek pembangkit listrik berbasis EBT di 15 provinsi dengan total investasi Rp 25 triliun.
"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada siang hari ini, Kamis, 26 Juni 2025, saya Prabowo Subianto Presiden RI meresmikan pengoperasian dan pembangunan energi terbarukan di 15 provinsi dan peningkatan produksi minyak 30 ribu barel Blok Cepu, serta peletakan batu pertama 5 pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia," ucap Prabowo dalam peresmian, Kamis (26/6).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat EBT di bauran energi Indonesia per Mei 202514,2 persen atau 24,1 TWh. Jumlah itu masih di bawah target pemerintah 2025 15,7 persen.
Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas EBT42,5 GW pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Selain itu, ada rencana pembangunan storage atau penyimpanan energi sebesar 10,2 GW hingga 2034.
(dhf/dhf)