Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang gencatan tarif dengan China 90 hari mendatang. Keputusan itu dikonfirmasi Gedung Putih jelang gencatan pertama berakhir Selasa (12/8).
Perintah tersebut, seperti diberitakan Reuters Senin (11/8), menyusul Trump yang berkelit soal kemungkinan memperpanjang pemangkasan tarif setelah ia mendesak Beijing untuk melipatgandakan pembelian kedelai AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita lihat saja nanti," ujar Trump ketika ditanya kemungkinan memperpanjang batas waktu. "Mereka telah bertransaksi dengan cukup baik. Hubungannya sangat baik dengan Presiden Xi (Jinping) dan saya sendiri."
Gencatan tarif antara Beijing dan Washington dijadwalkan berakhir pada Selasa pukul 00:01 ET atau 11.01 WIB.
Perintah tersebut mencegah tarif AS atas barang-barang China melonjak hingga 145 persen, sementara tarif Tiongkok atas barang-barang AS ditetapkan mencapai 125 persen, tarif yang akan mengakibatkan embargo perdagangan virtual.
Hal itu membuat impor dari China saat ini dikenakan tarif 30 persen, termasuk tarif dasar 10 persen dan tarif terkait fentanil 20 persen yang diberlakukan oleh Washington pada Februari dan Maret 2025.
China juga telah menyamai penurunan tarif tersebut, menurunkan tarifnya untuk impor AS menjadi 10 persen.
Kedua belah pihak pada Mei 2025 mengumumkan gencatan tarif dalam sengketa dagang mereka setelah perundingan di Jenewa, Swiss, dengan menyepakati periode 90 hari untuk memungkinkan perundingan lebih lanjut.
Mereka bertemu kembali di Stockholm, Swedia pada akhir Juli 2025, tetapi tidak mengumumkan kesepakatan untuk memperpanjang batas waktu lebih lanjut.
Gedung Putih menolak berkomentar lebih lanjut setelah pernyataan terbaru Trump. Departemen Keuangan dan Kantor Perwakilan Dagang AS tidak menanggapi permintaan komentar.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Washington memiliki dasar-dasar kesepakatan dengan China dan ia "optimis" tentang jalan ke depan.
Trump mendorong konsesi tambahan pada Minggu (10/8), mendesak China untuk melipatgandakan pembelian kedelainya, meskipun para analis mempertanyakan kelayakan kesepakatan semacam itu.
Trump tidak mengulangi tuntutannya pada hari Senin. Namun, Washington juga telah mendesak Beijing untuk berhenti membeli minyak Rusia, dengan Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder terhadap Tiongkok.
(reuters/chri)