Nilai tukar baht terhadap dollar Amerika Serikat (AS) merosot setelah perang Thailand dan Kamboja pecah, Kamis (24/7).
Bangkok Post melaporkan kurs baht 32,29 per dolar AS. Nilai itu turun 0,3 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya.
"Konflik perbatasan yang meningkat memberikan alasan kepada para investor untuk mengambil untung setelah baht Thailand terapresiasi," kata Lloyd Chan, analis mata uang MUFG Bank, dilansir Bangkok Post, Kamis (24/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya baht yang tersungkur, indeks saham Thailand (SET) juga turun 1 persen gara-gara perang dengan Kamboja.
Padahal, baht sedang dalam tren positif sebelum perang Thailand dan Kamboja. Mata Uang Negeri Gajah Putih menguat lebih dari 6 persen tahun ini hingga menyentuh level 32,11 per dolar AS.
Penguatan itu didorong optimisme terhadap negosiasi dagang dengan AS. Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhavajira menyebut sudah mendekati kesepakatan dengan AS untuk menurunkan tarif 36 persen.
Optimisme pasar tak hanya mengerek nilai tukar baht. Aliran dana asing ke pasar saham kembali terjadi dan harga emas nyaris mencetak rekor tertinggi.
Christopher Wong, ahli strategi valuta asing senior Oversea-Chinese Banking Corporation di Singapura, menilai baht Thailand berpotensi menguat kembali bila berhasil menembus level resistance 32 ke 32,1 per dolar AS.
"Bank Thailand (BoT) akan terus mengawasi berbagai volatilitas berlebihan," ucapnya.
Perang Thailand dan Kamboja pecah pada Kamis (24/7) setelah ketegangan selama beberapa waktu terakhir. Konflik dipicu sengketa di Segitiga Zamrud, perbatasan Thailand, Kamboja, dan Laos.
Thailand menembak roket ke Kamboja setelah dua prajurit mereka kehilangan kaki karena ranjau darat. Sebanyak 11 orang tewas dalam pertempuran kemarin.
(dhf/sfr)