Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan Garuda Indonesia belum menandatangani nota kesepahaman (MoU) pembelian 50 pesawat Boeing.
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso membenarkan pembelian pesawat dari Boeing merupakan salah satu kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS), hingga akhirnya Presiden Donald Trump memangkas tarif impor Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.
"Kemarin pun juga belum yang untuk Garuda kan, belum tanda tangan (MoU pembelian 50 pesawat Boeing)," ungkap Susi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (18/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Susi menegaskan kesepakatan atau MoU baru ditandatangani untuk pembelian produk energi AS senilai US$15 miliar atau setara Rp244,41 triliun (asumsi kurs Rp16.294 per dolar AS). MoU juga diteken bagi pembelian produk pertanian Amerika sebesar US$4,5 miliar alias Rp73,32 triliun.
"Kita sudah menjajaki akan ada kesepakatan ke sana (MoU Garuda Indonesia dengan Boeing). Tapi tetap, subjek itu pertimbangan bisnis, regulasinya seperti apa, dan sebagainya," jelasnya.
"Teman-teman di Garuda yang lebih tahu. Cuma kemarin ada subjek beberapa pembahasan berikutnya. Jadi, masih akan dibahas lebih intens lagi," tegas anak buah Menko Airlangga itu.
CNNIndonesia.com menghubungi Sekretaris Perusahaan Garuda Indonesia Cahyadi Indrananto untuk mengonfirmasi klaim Kemenko Perekonomian, termasuk soal potensi biaya yang dikeluarkan dan sumber dana untuk membeli 50 pesawat Boeing tersebut. Namun, Cahyadi belum merespons hingga berita ini tayang.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto selepas pulang dari lawatan di luar negeri menjelaskan alasan mengapa harus membeli 50 pesawat pabrikan AS tersebut. Ia mengatakan Indonesia memang butuh pesawat-pesawat itu.
"Saya bertekad untuk membesarkan Garuda dan untuk itu ya kita butuh pesawat-pesawat baru. Saya kira enggak ada masalah (pembelian 50 pesawat Boeing) karena kita butuh. Mereka (AS) ingin jual, pesawat Boeing juga cukup bagus," kata Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (16/7).
"Memang kita kan perlu untuk membesarkan Garuda. Garuda adalah kebanggaan kita, Garuda adalah flag carrier nasional. Garuda lahir dalam perang kemerdekaan kita. Jadi, Garuda harus menjadi lambang Indonesia," sambungnya.
(skt/pta)