Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan potensi pemberian bantuan sosial (bansos) khusus untuk merespons dampak perang Israel-Iran.
"Ya, (potensi pemberian stimulus atau bansos khusus) kita lihat tergantung daripada harganya (harga minyak)," kata Airlangga di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (26/6).
"Dulu kita lakukan bansos karena harga komoditas melonjak. Nah, sekarang harga komoditas masih relatif kalem. Jadi, kita masih menunggu saja," sambungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan Pemerintah Indonesia terus memonitor harga minyak global. Akan tetapi, sang menko menyebut sekarang harga minyak masih di kisaran US$72 barel per hari (BOPD).
Apalagi, kondisi Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan minyak kali ini berbeda. Ia menyebut Negeri Paman Sam saat ini berstatus net eksportir minyak.
"Tetapi Amerika sendiri kan sekarang net eksportir. Jadi, berbeda dengan peperangan yang lalu (Rusia Vs Ukraina) di mana supply BBM-nya kekunci, tetapi sekarang relatif lebih terbuka," beber Airlangga.
"Indonesia kan harga minyak itu tidak di-pass through ke masyarakat, jadi ada komponen subsidi ... Kita monitor saja bagaimana kelanjutannya," tandasnya.
Pada 2022 lalu, perang Rusia Vs Ukraina pecah. Momen tersebut juga berbarengan dengan masih berlangsungnya pandemi covid-19. Kombinasi gejolak itu membuat krisis energi global yang melambungkan harga minyak ke level tertinggi.
Harga minyak dunia terus melonjak sejak awal 2022. Bahkan, harganya pernah bertahan cukup lama di atas level US$100 per barel.
Pemerintah saat itu langsung memberi penebalan bansos. Beberapa di antaranya adalah bantuan pangan non-tunai (BPNT), bantuan langsung tunai (BLT), sampai bantuan subsidi upah (BSU).
(skt/pta)