Sejumlah negara di Eropa, Asia, hingga kawasan Timur Tengah kini membuka kesempatan besar bagi tenaga kerja migran asing. Jerman menjadi salah satu negara yang membuka peluang bagi pekerja migran asing dalam jumlah besar.
Langkah ini diambil guna mengatasi krisis tenaga kerja nasional yang semakin mengkhawatirkan dalam beberapa tahun ke depan, terutama akibat gelombang pensiun generasi tua (baby boomer).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini terungkap dalam laporan terbaru Bertelsmann Foundation, lembaga independen yang menyoroti tantangan demografis di Jerman.
Negara dengan ekonomi terbesar di Eropa tersebut memperkirakan kebutuhan pekerja asing sekitar 288 ribu tiap tahun hingga 2040 agar tenaga kerja domestik tetap stabil. Tanpa tambahan pekerja migran, jumlah tenaga kerja Jerman bisa menyusut drastis dari 46,4 juta menjadi 41,9 juta orang.
"Penguatan tenaga kerja domestik memang penting, tetapi itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja masa depan," ujar Susanne Schultz, pakar migrasi dari Bertelsmann Foundation, dikutip dari Euro News.
Menyadari kebutuhan mendesak tersebut, pemerintah Jerman telah mereformasi aturan imigrasi sejak 2023. Mulai dari memperkenalkan blue card bagi tenaga kerja asing yang terampil hingga menyederhanakan pengakuan ijazah luar negeri.
Di sisi lain, sebagai bentuk keseriusan, Jerman telah menandatangani perjanjian migrasi dengan Kenya untuk mendatangkan tenaga kerja terampil dari negara Afrika Timur tersebut.
"Kami ingin menarik tenaga kerja berkualitas yang sangat dibutuhkan di berbagai sektor ekonomi," ujar Mantan Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser.
Tak hanya Jerman, negara lain seperti Inggris, Prancis, Belanda, Swiss, hingga negara-negara di Timur Tengah seperti Qatar dan UEA juga mengalami peningkatan permintaan terhadap pekerja migran asing.
Di Inggris, misalnya, kontribusi tenaga kerja imigran dalam satu dekade terakhir meningkat tajam. Jumlah pelamar dari luar negeri untuk lowongan kerja di Inggris naik dari 3,2% pada 2019 menjadi 4,9% pada 2024.
Sementara di kawasan Timur Tengah dan Asia, negara seperti Qatar, Singapura, dan Uni Emirat Arab (UEA) juga membuka peluang besar bagi pekerja migran asing, terutama di sektor profesional dan teknis.
Negara-negara kecil dengan ekonomi terbuka seperti Luksemburg bahkan mencatatkan angka tertinggi dalam proporsi pelamar asing, yakni mencapai 77% dari total klik lowongan kerja.
Sektor-sektor yang paling diminati oleh pelamar internasional meliputi kuliner, pendidikan, teknologi informasi, manajemen, dan retail. Mayoritas pelamar berasal dari negara-negara seperti India, Pakistan, Perancis, Spanyol, hingga Amerika Serikat.
Dengan semakin banyak negara yang siap terima pekerja migran asing, peluang kerja lintas negara masih terbuka lebar bagi mereka yang memiliki keterampilan dan kemauan untuk beradaptasi.
(avd/fef)