100 Contoh Peribahasa Indonesia dan Artinya

CNN Indonesia
Kamis, 24 Agu 2023 14:00 WIB
Peribahasa adalah salah satu bentuk ungkapan yang sering kita dengar sehari-hari. Berikut kumpulan contoh peribahasa dan artinya.
Ilustrasi. Kumpulan contoh peribahasa dan artinya. (Stokpic)
Jakarta, CNN Indonesia --

Contoh peribahasa dan artinya berikut sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, khususnya untuk memberikan nasihat atau teguran pada orang lain.

Peribahasa atau disebut juga pepatah merupakan sebuah kalimat yang mengisyaratkan maksud tertentu. Peribahasa umumnya dihasilkan dari pemikiran atau pengalaman hidup seseorang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arti dari setiap peribahasa juga berbeda-beda, misalnya peribahasa tentang kehidupan, motivasi, sindiran, amanah, dan banyak lagi.

Pengertian Peribahasa

Dirangkum dari buku Cakap Peribahasa, Puisi Baru & Pantun (2017), peribahasa adalah bentuk bahasa kias yang tidak mengungkapkan makna secara langsung, tapi memakai perbandingannya.

Kalimat yang digunakan dalam sebuah peribahasa biasanya mengesankan dan mempunyai arti sangat luas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, peribahasa didefinisikan sebagai kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan).

Di dalam suatu peribahasa terdapat unsur sistem budaya masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai, pandangan hidup, norma, atau aturan dalam masyarakat.

Fungsi Peribahasa

Peribahasa yang sering kita pakai di kehidupan sehari-hari ini mempunyai banyak fungsi. Di antaranya sebagai berikut:

  1. Memberikan nasihat.
  2. Mewujudkan kebaikan dan kepantasan dalam pergaulan.
  3. Menyindir dengan sopan.
  4. Menyatakan pendirian yang tegas.
  5. Pengamatan terhadap dunia dan keadaan.
  6. Sebagai tanda identitas pembicara dalam suatu kaum.
  7. Memperindah bahasa cakap.

Jenis-Jenis Peribahasa

Peribahasa dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu bidal, pepatah, dan perumpamaan. Berikut penjelasannya:

1. Bidal

Bidal adalah peribahasa yang memiliki rima dan irama. Bidal ini seringkali digolongkan dalam bentuk puisi.

2. Pepatah

Pepatah adalah peribahasa yang memiliki isu yang ringkas, bijak, dan seolah-olah diucapkan untuk mematahkan ucapan orang lain.

3. Perumpamaan

Perumpamaan adalah peribahasa yang bermakna simbolik dan biasanya dimulai dengan kata seperti, bagai, atau bak.

Contoh Peribahasa dan Artinya

Ilustrasi menulisIlustrasi. Contoh peribahasa dan artinya. (Picjumbo/Viktor Hanacek)

Dirangkum berbagai sumber, di bawah ini terdapat berbagai macam contoh peribahasa dan artinya.

  1. Ada asap ada api: Segala akibat pasti ada sebabnya.
  2. Ada air, ada ikan: Di mana kita tinggal, pasti akan ada rezeki.
  3. Ada angin ada pohonnya: Segalahal ada asal-usulnya.
  4. Ada udang di balik batu: Ada maksud tertentu.
  5. Adat penghulu berpadang luas, beralam lapang: Menjadi pemimpin haruslah sabar.
  6. Adat rimba raya, siapa berani ditaat: Kehidupan yang menggunakan kekerasan tidak mempunyai akal.
  7. Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung: Setiap perbuatan memiliki adat dan aturannya sendiri sebagai pedoman.
  8. Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut: Jika hendak meminta sesuatu hendaknya pada orang kaya.
  9. Air beriak tanda tak dalam: Orang yang banyak bicara biasanya tidak berilmu.
  10. Air mata jatuh ke perut: Sangat bersedih hati, tetapi ditahan atau disimpan saja.
  11. Air jernih ikannya jinak: Negeri yang aman dan makmur, sekalipun terhadap pendatang.
  12. Air ditetak takkan putus: Orang yang berkeluarga tidak dapat dibuat bermusuhan selama-lamanya.
  13. Air diminum serasa duri, nasi dimakan serasa sekam: Suasana hati yang sangat bersedih.
  14. Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga: Tingkah laku anak meniru tingkah laku orang tuanya.
  15. Anjing menyalak di ekor gajah: Orang lemah yang berani melawan orang besar.
  16. Anjing menyalak takkan menggigit: Orang yang galak biasanya tidak berbahaya.
  17. Anjur surut tak bertanam: Maju mundur suatu usaha seseorang diperbolehkan asal berhasil.
  18. Antah berkumpul sama antah, beras sama beras: Orang yang mencari teman yang setingkat atau satu persamaan dengan dirinya.
  19. Antan patah lesung hilang: Tertimpa berbagai musibah.
  20. Asal ada, kecil pun pada: Lebih baik dapat sedikit daripada tidak dapat sama sekali.
  21. Arang habis, besi binasa: Sia-sia walaupun sudah menghabiskan biaya atau tenaga.
  22. Bagai air di daun talas: Orang yang tidak mempunyai pendirian.
  23. Bagai air titik ke batu: Sukar sekali memberi nasihat terhadap orang jahat.
  24. Bagai alu pencungkil duri: Melakukan sesuatu yang tidak mungkin berhasil.
  25. Bagai anak ayam kehilangan induk: Bercerai berai karena kehilangan tumpuan atau pemimpin.
  26. Bagai aur di atas bukit: Sukar untuk disembunyikan.
  27. Bagai aur dengan tebing: Saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya.
  28. Bagai api dengan rabuk: Sesuatu yang apabila didekatkan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik.
  29. Bagai api dengan asap: Tidak dapat bercerai lagi.
  30. Bagai anjing melintang denai: Sangat gembira.
  31. Bagai anjing berebut tulang: Orang yang tamak.
  32. Bagai anjing beranak enam: Orang yang sangat kurus.
  33. Bagai anak sepat ke tohor: Bermalas-malasan di tempat orang lain.
  34. Bagal ayam bertelur di padi: Seseorang yang mencintai hidup mewah.
  35. Bagal ayam dibawa ke lampuk: Seseorang yang terheran-heran.
  36. Bagai ayam lepas bertaji: Serba berbahaya.
  37. Bagai babi merasa gulai: Tidak setara.
  38. Bagai bara dalam sekam: Perbuatan jahat yang tidak tampak.
  39. Bagai berpayung dengan daun pisang: Berlindung pada tempat yang memadai.
  40. Bagai bertanak di kuali: Biaya yang terlalu besar, sedangkan hasilnya sedikit.
  41. Bagai bulan kesiangan: Paras muka yang pucat karena sakit.
  42. Bagai katak dalam tempurung: Seseorang yang kurang luas wawasannya, bodoh, picik pengetahuannya.
  43. Bagai menegakkan benang basah: Sesuatu yang mustahil dilakukan.
  44. Bagai menimba air dengan keranjang: Segala sesuatu yang dikerjakan dengan tidak sesuai akan berbuah sia-sia.
  45. Besar pasak daripada tiang: Lebih besar pengeluaran daripada penghasilan, boros.
  46. Bagai pinang belah dua: Sama atau serupa benar.
  47. Bagai pungguk merindukan bulan: Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa terjadi.
  48. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing: Pekerjaan yang berat akan terasa ringan apabila dikerjakan bersama-sama.
  49. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi: Ilmu yang didapat secara tidak sempurna tidak akan bermanfaat. 
  50. Cadik terkedik, bingung terjual: Orang yang bodoh akan mudah tertipu orang lain.
  51. Cacing menjadi ular naga: Orang kecil yang menjadi orang besar (sukses).
  52. Cacat-cacat cempedak, cacat-cacat nak hendak: Pura-pura mencela padahal mencintai.
  53. Cacak seperti lambang tergadai: Perihal seseorang yang sedang terpana.
  54. Cabik-cabik bulu ayam: Dua saudara yang berkelahi, namun lama kelamaan akur kembali.
  55. Cakap melangit dapur tak berasap: Orang miskin yang bergaya seperti orang kaya.
  56. Calak-calak ganti asah, menunggu tukang belum datang: Sesuatu yang dipakai untuk sementara saja, karena sedang menunggu yang lebih baik.
  57. Campak bunga dibalas dengan campak tahi: Suatu kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.
  58. Campur orang dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi pencecak: Orang yang bergaul dengan orang jahat lama kelamaan akan jahat juga.
  59. Cubit paha kanan, paha kiri pun berasa sakit: Jika suatu anggota keluarga disakiti, seluruh anggota keluarga ikut merasakannya.
  60. Cubit paha sendiri dahulu, baru cubit paha orang lain: Merasakan sendiri akibat dari perbuatannya.
  61. Cupak sepanjang betung, adat sepanjang jalan: Mengerjakan sesuatu hendaklah sesuai aturan.
  62. Dagangan bersambut yang dia jual: Menceritakan cerita berdasarkan cerita dari orang lain.
  63. Dahan pembaji batang: Orang kepercayaan yang menyalahgunakan harta benda tuannya.
  64. Dahulu bajak daripada jawi: Orang muda yang belum memiliki pengalaman dijadikan pemimpin orang tua yang berpengalaman.
  65. Dahulu duduk dari cangkung: Cepat marah sebelum mengetahui perkara sebenarnya.
  66. Di laut boleh diajak, di hati siapa tahu: Apa yang tersembunyi dalam hati seseorang tidak dapat diketahui.
  67. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: Sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia tinggal.
  68. Datang kelihatan muka, pergi tampak punggung: Datang mengucapkan salam, pergi berpamitan.
  69. Darah lebih kental daripada air: Hubungan keluarga lebih kuat dari hubungan apa pun.
  70. Emas tahan uji: Orang ahli berani ditanya.
  71. Esa hilang dua terbilang: Kuat bersikeras untuk melakukan sesuatu. Seorang pemimpin meninggal meninggal dunia akan muncul beberapa orang penggantinya.
  72. Gadai terdorong kepada Cina: Sesuatu yang telah diperbuat tidak bisa ditarik kembali.
  73. Gagak putih bangau hitam: Sesuatu yang mustahil terjadi.
  74. Gajah mati karena gadingnya: Seseorang meninggal dunia karena kelebihan (keunggulan) yang dimilikinya.
  75. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama: Perbuatan baik atau buruk akan tetap dikenang meskipun sudah mati. 
  76. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut/kuman di seberang lautan tampak: Kesalahan diri sendiri walau besar tapi tidak terlihat kecil, sedangkan kesalahan orang lain sekecil apa pun terlihat sangat besar.
  77. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari: Segala tingkah laku murid (bawahan) selalu mencontoh guru (atasannya).
  78. Habis manis sepah dibuang: Mengacuhkan sesuatu yang dianggap sudah tidak berguna.
  79. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah: Selama hidup harus taat pada adat kebiasaan dalam masyarakat.
  80. Hidup segan mati tak mau: Seseorang yang tidak berbuat apa-apa, serba salah.
  81. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga: Hanya karena kesalahan kecil menghilangkan segala kebaikan yang diperbuat.
  82. Lempar batu sembunyi tangan: Orang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatan atau kesalahannya.
  83. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai: Menghendaki sesuatu tapi tidak berdaya untuk mencapainya.
  84. Membasuh arang di muka: Berusaha menghilangkan rasa malu.
  85. Menumbuk di periuk, bertanak di lesung: Melakukan sesuatu yang menyalahi kebiasaan.
  86. Menambak gunung, menggarami air laut: Memberi bantuan kepada orang yang sama sekali tidak perlu dibantu.
  87. Menang jadi arang, kalah jadi abu: Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
  88. Menepuk air di dulang, tepecik muka sendiri: Jika berbuat sesuatu yang jahat maka akan terkena kembali kepada diri sendiri.
  89. Nasi sudah menjadi bubur: Kejadian yang telah telanjur terjadi dan tak bisa diubah kembali seperti sedia kala.
  90. Ombak kecil jangan diabaikan: Persoalan kecil jangan dianggap enteng.
  91. Panas setahun hilang oleh hujan sehari: Segala kebaikan terhapus oleh hanya sedikit keburukan atau kesalahan.
  92. Sambil menyelam minum air: Melakukan dua atau tiga pekerjaan dalam waktu bersamaan.
  93. Serapat-rapat menyimpan bangkai pasti tercium juga: Walau menutupi kejahatan, pasti akan diketahui orang juga.
  94. Semudah membalik telapak tangan: Terlalu mudah.
  95. Selama hayat masih dikandung badan: Selama masih hidup, tidak boleh putus asa.
  96. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga: Tidak ada yang sempurna, setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan atau mengalami kegagalan.
  97. Seperti anak ayam kehilangan induknya: Orang yang mengalami kebingungan dan kebimbangan dalam hatinya.
  98. Seperti padi, kian berisi kian merunduk: Semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati.
  99. Tak ada gading yang tak retak: Tak ada sesuatu yang sempurna.
  100. Tak ada rotan, akar pun jadi: Jika tidak ada yang baik maka yang kurang baik pun dapat dipakai juga.

Itulah kumpulan contoh peribahasa dan artinya dalam bahasa Indonesia.

(avd/fef)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER