China Akan Mulai Penerbangan Sipil di Pulau Sengketa

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 11 Mar 2016 22:45 WIB
China akan memulai penerbangan sipil dari dan menuju pulau sengketa di kawasan Laut China Selatan dalam waktu satu tahun.
China mengklaim sebagian besar perairan Laut China Selatan yang merupakan salah satu jalur perdagangan tersibuk dunia, dengan nilai perdagangan yang melintasinya mencapai lebih dari US$5 triliun per tahun. (Reuters/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative)
Jakarta, CNN Indonesia -- China akan memulai penerbangan sipil dari dan menuju pulau sengketa di kawasan Laut China Selatan dalam waktu satu tahun. Rencana ini dinilai sebagai salah satu upaya pemerintah China memperluas infrastruktur di pulau-pulau dan karang juga diklaim oleh beberapa negara lain.

Kantor berita Xinhua pada Jumat (11/3) melaporkan penerbangan sipil yang akan dibuka salah satunya menuju kota Sansha di Pulau Woody, yang menjadi bagian dari kepulauan Paracel, basis administratif China untuk mengontrol pulau dan karang di Laut China Selatan.

China mengklaim sebagian besar perairan Laut China Selatan yang merupakan salah satu jalur perdagangan tersibuk dunia, dengan nilai perdagangan yang melintasinya mencapai lebih dari US$5 triliun per tahun.
Perairan yang diyakini kaya minyak dan gas itu juga diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam dan Taiwan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amerika Serikat sudah menyuarakan keprihatinan tentang berbagai tindakan China di kawasan itu. AS menuduh China melakukan militerisasi dengan menempatkan patroli, rudal, dan jet tempur serta perangkat radar di pulau-pulau buatan di kawasan Laut China Selatan.

Mengutip Mayor Xiao Jie, Xinhua melaporkan terdapat dua kapal penumpang dan kapal polisi dipergunakan sebagai stasiun komunikasi di Sansha.
Lapangan udara di Sansha dan bandara lain yang baru dibangun di Karang Fiery Cross, kepulauan Spratly diharapkan akan meningkatkan pelayanan lalu lintas udara di kawasan itu.

Xiao menambahkan kedua bandara itu akan membantu navigasi dan patroli pengawasan dan juga memberikan informasi cuaca dan aeronautika.

Februari lalu, para pejabat Taiwan dan AS mengkonfirmasi penempatan rudal darat-ke-udara baru di Pulau Woody, sembari mengkritik bahwa tindakan China itu bertentangan dengan komitmen China untuk tidak melakukan militerisasi di Laut China Selatan.
Beijing menyatakan pihaknya berhak menempatkan "fasilitas pertahanan terbatas" di wilayahnya. China juga mengklaim bahwa laporan soal penempatan rudal hanyalah bualan media.

China menyatakan sejumlah infrastruktur yang sedang dibangun murni untuk kepentingan sipil dan akan menguntungkan negara-negara lain.

Pada November, China juga mendaratkan jet tempur bersenjata lengkap di landasan udara di Pulau Woody. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER